Erupsi Freatik Potensial Terjadi di Gunung Tangkuban Parahu, Ini Alasannya

Minggu 08 Jun 2025, 19:49 WIB
Kawah Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Poskota/Gatot Poedji Utomo)

Kawah Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Poskota/Gatot Poedji Utomo)

“Jadi, kalau letusan tak terjadi, semua itu tetap bisa digunakan untuk keperluan lain oleh dinas-dinas terkait, dengan begitu tidak sia-sia," katanya.

Sejauh ini, dia menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara keselamatan masyarakat dan keberlangsungan sektor ekonomi seperti pariwisata, pertanian, dan peternakan di kawasan tersebut.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu Bertambah 270 Kali, Penyebab Sedang Diteliti

“Jika status gunung sudah ditingkatkan menjadi berbahaya maka, segala aktivitas ekonomi di zona terdampak harus dihentikan tanpa kompromi. Keselamatan warga menjadi prioritas mutlak," ungkapnya.

Tak hanya itu, pihaknya pun menyarankan agar dibangun kandang komunal di sekitar lokasi pengungsian untuk menampung ternak milik warga yang mengungsi.

Menurutnya, pembangunan fasilitas semacam ini sangat penting untuk menenangkan para pemilik ternak agar tidak kembali ke zona bahaya hanya untuk memeriksa kondisi hewan mereka.

"Perlu pencegahan juga agar warga tidak bolak-balik ke daerah rawan sebab, sangat berbahaya dan bisa fatal akibatnya," ujarnya.

Perlu Mitigasi Bencana

Dia menambahkan, selama ini kawasan Gunung Tangkuban Parahu menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Barat. Akan tetapi, memerlukan pendekatan mitigasi yang tidak hanya bersifat teknis, tapi juga sosial dan ekonomi.

“Edukasi kepada masyarakat menjadi bagian penting dalam strategi kesiapsiagaan menghadapi bencana,” ucapnya.

Untuk diketahui, erupsi freatik, meski tidak sebesar erupsi magmatik namun, tetap memiliki dampak serius terhadap manusia dan lingkungan.

Abu vulkanik, lontaran material, dan gas beracun bisa membahayakan jiwa dalam waktu singkat. Oleh karena itu, kesigapan semua pihak dalam menghadapi potensi ini sangatlah krusial.

Langkah-langkah yang disebutkan oleh Anggota Masyarakat Geografi Nasional Indonesia dari Kelompok Riset Cekungan Bandung menunjukkan bahwa, mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi, membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat, akademisi dan sektor swasta.


Berita Terkait


News Update