“Prabowo ingin meninggalkan legasi yang lebih konseptual, yang lebih filosofis, untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain global,” ujarnya.
Ia menyebut visi tersebut sebagai bentuk revolusi dari dalam yang dilakukan secara gradual, sebagai taktik memutus “koordinasi psikologis” dengan mantan Presiden Jokowi.
Isu relasi antara Prabowo dan Jokowi juga mencuat dalam diskusi ini, termasuk soal Gibran dan tuduhan ijazah palsu yang dialamatkan kepada Jokowi.
Baca Juga: Apresiasi Penampilan, Prabowo Undang Pemain Timnas Indonesia Makan Siang
Rocky mengatakan bahwa “relasi politik Presiden dengan mantan Presiden Jokowi itu seolah-olah menghalangi cara kita untuk membayangkan masa depan Indonesia.”
Dengan tekanan publik yang meningkat, terutama terhadap praktik politik dinasti dan keterlibatan keluarga Jokowi dalam pusaran kekuasaan, konsolidasi Prabowo dengan Megawati dianggap sebagai respons strategis menghadapi tekanan itu.
“Prabowo berpikir sebagai seorang taktikus. Strateginya memang menjadi pemimpin global, minimal pemimpin Asia. Tetapi taktiknya dia cicil,” pungkas Rocky.
Seiring waktu, langkah-langkah lanjutan dari pertemuan ini akan menjadi indikator arah pemerintahan Prabowo, apakah akan menyatu dengan kekuatan lama seperti PDIP atau membentuk arsitektur politik baru dengan pijakan ideologis dan historis yang lebih kuat.