POSKOTA.CO.ID - Raja Ampat, terletak di Provinsi Papua Barat Daya, merupakan kawasan konservasi laut dengan biodiversitas tertinggi di dunia. Dengan luas sekitar 4,6 juta hektare, wilayah ini menyimpan lebih dari 1.500 spesies ikan, 700 jenis moluska, dan 540 jenis karang.
Pulau Gag sendiri merupakan bagian dari empat pulau besar di Raja Ampat dan termasuk daerah yang dilindungi karena nilai ekologisnya.
Ekosistem laut di kawasan ini menjadi sumber penghidupan masyarakat lokal yang mayoritas menggantungkan hidup dari perikanan dan pariwisata.
Kejernihan lautnya yang ikonik, gugusan karang warna-warni, serta habitat satwa endemik menjadikan Raja Ampat magnet wisatawan mancanegara.
Baca Juga: Sapi Kurban Prabowo Disembelih di Masjid Al-Barkah Bekasi, Diawasi Ketat Dokter Hewan dan BPJPH
Ancaman Pertambangan di Pulau Gag
Namun, pesona Raja Ampat kini menghadapi tantangan serius. Munculnya operasi tambang nikel di Pulau Gag, yang diduga dilakukan oleh anak usaha PT Aneka Tambang Tbk, yakni PT Gag Nikel, menimbulkan kekhawatiran besar.
Aktivitas ini memunculkan berbagai dampak negatif, terutama pencemaran lingkungan akibat sedimentasi dan limbah tambang yang meresap ke wilayah perairan.
Seorang warga yang mengaku berasal dari Pulau Gag menyampaikan melalui media sosial bahwa perubahan warna air laut terjadi setiap kali hujan turun, dari biru jernih menjadi cokelat pekat.
“Kebetulan kampung saya dari Pulau Gag, Raja Ampat, tempat yang sudah dibangun tambang. Air di sana kalau hujan dari warna biru jadi cokelat karena limbah, dan tambang dibangun berhadapan dengan wilayah perkampungan,” tulisnya.
Hal ini menandakan adanya limbah yang masuk ke ekosistem laut. Perubahan ini tentu berdampak langsung pada kehidupan masyarakat pesisir dan potensi ekowisata yang terancam.
Tagar #SaveRajaAmpat dan Suara Masyarakat
Isu ini mencuat ke publik setelah organisasi lingkungan Greenpeace Indonesia menyuarakan gerakan #SaveRajaAmpat. Lewat berbagai kanal media sosial, Greenpeace mengangkat suara warga, memperlihatkan dokumentasi kondisi alam yang berubah, dan menyuarakan tuntutan penghentian eksploitasi.