Fakta Mengejutkan PT Maruwa Batam: Produksi Komponen Elektronik, Tapi Kini Gagal Bayar Gaji Karyawan (Sumber: Dok/PT Maruwa)

Daerah

PT Maruwa Batam Bergerak di Bidang Apa? Ini Alasannya Gaji 205 Karyawan Tak Dibayar

Minggu 25 Mei 2025, 14:34 WIB

POSKOTA.CO.ID - Didirikan pada Maret 1999, PT Maruwa Indonesia adalah anak perusahaan dari Maruwa Co., Ltd. Jepang, yang bergerak di bidang manufaktur elektronik, khususnya Flexible Printed Circuits (FPC).

FPC adalah komponen penting dalam perangkat elektronik modern seperti smartphone, laptop, dan kamera digital, yang memerlukan konektivitas fleksibel dan efisiensi ruang.

Perusahaan ini berlokasi di Kawasan Bintang Industri II, Tanjung Uncang, Batam, dan memiliki sekitar 700 karyawan sebelum penutupan.

Baca Juga: Main Game 1 Jam Bisa Dapat Saldo DANA Senilai Rp1,5 Juta, Langsung Masuk E-Wallet Tanpa Modal!

Penyebab Penutupan Mendadak

Penutupan PT Maruwa Indonesia disebabkan oleh terhentinya pasokan bahan baku utama dari pemasok di Malaysia, yang menyumbang sekitar 46% dari total impor perusahaan.

Gangguan ini menyebabkan penghentian produksi secara bertahap sejak awal April 2025, hingga akhirnya operasi dihentikan total tanpa pemberitahuan formal kepada karyawan.

Dampak terhadap Karyawan

Sebanyak 205 karyawan menghadapi ketidakpastian akibat penutupan mendadak ini. Banyak dari mereka telah bekerja lebih dari satu dekade di perusahaan tersebut.

Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai pembayaran gaji terakhir, uang lembur, dan pesangon. Serikat buruh mendesak Dinas Ketenagakerjaan Kota Batam untuk memediasi antara manajemen dan pekerja guna memastikan hak-hak normatif karyawan terpenuhi.

Ketergantungan pada Pasokan Luar Negeri

Kasus PT Maruwa Indonesia menyoroti risiko ketergantungan industri manufaktur Indonesia pada pasokan bahan baku dari luar negeri.

Selain Malaysia, perusahaan ini juga mengimpor bahan baku dari Jepang (39,59%), Singapura (5,78%), dan negara lain. Gangguan pada salah satu pemasok utama dapat menyebabkan disrupsi signifikan dalam operasi produksi.

Tren Penutupan Pabrik di Indonesia

Penutupan PT Maruwa Indonesia bukanlah kasus tunggal. Pada kuartal pertama 2025, sebanyak 38 pabrik di Indonesia tutup, menyebabkan pemutusan hubungan kerja massal.

Faktor-faktor seperti krisis bahan baku, persaingan yang ketat, dan relokasi pabrik ke negara lain menjadi penyebab utama.

Urgensi Diversifikasi Rantai Pasok

Untuk mengurangi risiko serupa di masa depan, industri manufaktur Indonesia perlu mendiversifikasi sumber bahan baku dan memperkuat rantai pasok domestik.

Langkah ini dapat melibatkan pengembangan industri hulu dalam negeri, peningkatan kapasitas produksi bahan baku lokal, dan kerja sama dengan pemasok dari berbagai negara untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.

Baca Juga: Main Game 1 Jam Bisa Dapat Saldo DANA Senilai Rp1,5 Juta, Langsung Masuk E-Wallet Tanpa Modal!

Perlindungan Tenaga Kerja

Kasus ini juga menyoroti perlunya penguatan regulasi ketenagakerjaan untuk melindungi pekerja dari dampak penutupan perusahaan secara mendadak.

Pemerintah perlu memastikan bahwa perusahaan memenuhi kewajiban mereka terhadap karyawan, termasuk pembayaran gaji, pesangon, dan hak-hak lainnya, serta menyediakan mekanisme mediasi yang efektif dalam situasi krisis.

Penutupan mendadak PT Maruwa Indonesia menjadi peringatan bagi industri manufaktur Indonesia tentang pentingnya diversifikasi rantai pasok dan perlindungan tenaga kerja.

Langkah-langkah strategis diperlukan untuk memastikan keberlanjutan industri dan kesejahteraan pekerja di tengah dinamika ekonomi global.

Tags:
Perlindungan tenaga kerjaDiversifikasi rantai pasokKrisis pasokan bahan bakuFlexible Printed CircuitPenutupan pabrik BatamPT Maruwa Indonesia

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor