Kopi Pagi: Kian Dibutuhkan Kejujuran (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi

Kopi Pagi: Kian Dibutuhkan Kejujuran

Kamis 15 Mei 2025, 08:02 WIB

“Menyelaraskan berarti mampu menempatkan diri, kapan harus berbicara, mengkritik, menyampaikan aspirasi, apa yang pantas diaspirasikan dan kepada siapa disampaikan agar tidak salah arah dan sasaran. Akan tercipta harmoni, jika dilandasi dengan kejujuran,”

-Harmoko-

Di era sekarang kejujuran kian dibutuhkan. Jujur atas sebuah info yang tersebar dan disebarkan, jujur menyikapi peristiwa yang sudah terjadi, sedang terjadi dan bakal terjadi. Jujur pula terhadap apa yang sedang dilakukan, termasuk kebijakan yang digulirkan tidak mengesankan untuk mencuci pencitraan.

Maknanya, kebijakan dimaksud  sejak awal perumusan, kajian penerima manfaat hingga pelaksanan sudah dilandasi dengan kejujuran, meski tidak tertutup adanya potensi menyelipkan kepentingan.

Namun, dengan dilandasi kejujuran, maka kepentingan sepihak, kelompok, dan politik akan luluh dengan kepentingan yang lebih luas lagi, yakni bangsa dan negara.

Kata jujur acap dilengkapi dengan “adil”  sehingga menjadi jurdil ( jujur dan adil). Proses politik harus dilandasi dengan kejujuran, begitu juga dengan pengambilan keputusan suara rakyat untuk memilih para pemimpinnya melalui pemilu, baik pilpres, pileg maupun pilkada.

Tetapi, lagi – lagi, keadilan hakiki akan sulit tercipta tanpa adanya kejujuran. Bagaimana mungkin tercipta rasa keadilan masyarakat, jika perkara diputus tidak dengan kejujuran.

Bagaimana kebijakan ekonomi dapat menciptakan kesejahteraan secara adil dan merata, jika dalam pelaksanaannya masih diwarnai dengan kecurangan dan kebohongan.

Pepatah mengatakan kebohongan hanya akan menyelamatkan sementara, tapi menghancurkan kita selamanya. Lazimnya kebohongan pertama harus ditutupi oleh kebohongan- kebohongan selanjutnya. Jadilah apa yang disebut kebohongan publik.

Demi pencitraan, demi legalitas publik, acap seseorang menyembunyikan kesalahan.Dengan segala cara dan penuh rekayasa, hal buruk disembunyikan.

Ada yang mengatakan, demi pencitraan, menyembunyikan keburukan secara terstruktur, sistematis dan masif.

Di sisi lain, sering dikatakan, secepat apapun kebohongan berlari, sedalam apa pun keburukan ditutupi, yakinlah bahwa kebenaran akan melewatinya. Artinya serapat apakah kebohongan ditutupi, saatnya akan terkuak juga.

Bukankah pepatah mengatakan “becik ketitik, ala ketara” – dapat dimaknai bahwa setiap perbuatan kita, baik atau buruk, suatu saat akan tampak, meski disimpan sangat rapat.

Ini sejalan dengan keyakinan bahwa Tuhan melihat segala pikiran dan tindakan manusia serta akan memberi balasan yang seadil – adilnya.

Itulah sebabnya, kejujuran kian dibutuhkan, lebih –lebih bagi pejabat publik, tokoh bangsa, para elite politik negeri ini, di tengah situasi politik yang kian dinamis, kadang penuh kejutan. Belum lagi situasi global yang masih penuh ketidakpastian.

Hanya saja berlaku jujur sangatlah sulit seiring banyak godaan di sekitar kita, apalagi di dunia serba digital ini. Baik godaan jabatan, kekuasaan, fasilitas dan masih banyak lagi. Godaan terberat adalah tahta, harta dan wanita.

Tetapi sesulit apa pun, jika dibarengi dengan kesadaran yang tinggi, kejujuran dapat dijalani, kebohongan terlalui.

Hal lain yang perlu dikedepankan saat ini, di tengah ketidakpastian situasi, pergerakan dinamika politik saat ini adalah membangun keseimbangan politik-sering disebut politik keseimbangan.

Ini tidak saja penting bagi pejabat publik, juga elite politik dengan tujuan mencegah distorsi persepsi publik, bukan hanya terhadap kebijakan pemerintah, juga atas ucapan dan perbuatan pejabat negeri, yang acap terkesan tidak sinkron, kurang senapas dengan alur atas.

Politik keseimbangan dimaksud, bukan saja keseimbangan dalam pembagian kekuasaan dan kekuatan politik, baik di eksekutif maupun legislatif, juga menyeimbangkan kekuatan sosial yang berada di luar pemerintahan.

Politik keseimbangan tak ubahnya memfungsikan seperangkat gamelan untuk menciptakan harmoni. Ibarat menabuh gamelan perlu adanya keselarasan, keserasian, kesepahaman dan kebersamaan.

Yang dapat kita maknai, saat pengrawit memainkan gamelan, mereka dapat belajar menahan emosi dan bekerja sama saling mengerti dan memahami dengan penabuh lainnya untuk memainkan nada yang diinginkan.

Menyelaraskan berarti mampu menjaga diri dari ucapan, perilaku perbuatan yang sekiranya dapat menimbulkan ketersinggungan, pertentangan, dan perseteruan sebagai embrio perpecahan.

Tak ubahnya seorang pengrawit, kapan harus menabuh, sekeras apa menabuh, lama menabuh, dan kapan berhenti menabuh. Tercipta harmoni karena adanya kejujuran dalam menabuh gamelan.

Menyelaraskan berarti pula mampu menempatkan diri, kapan harus berbicara, mengkritik, menyampaikan aspirasi, apa yang pantas diaspirasikan dan kepada siapa disampaikan agar tidak salah arah dan sasaran. Akan tercipta harmoni, jika dilandasi kejujuran, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Kapan pula harus bergerak dan bertindak demi kebaikan dan kemajuan, bukan menciptakan keburukan dan kemunduran. (Azisoko)

Tags:
jujur dan adilkepentinganpencitraankebijakankejujuranjujur

Tim Poskota

Reporter

Ade Mamad

Editor