Sejumlah pedagang di Los C, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, buka suara soal isu sepinya pasar. Mereka menegaskan bahwa bukan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) atau pungutan liar (pungli). (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

JAKARTA RAYA

Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Keluhkan Penurunan Omset, Bukan PKL atau Pungli tapi karena Ini

Minggu 04 Mei 2025, 15:08 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Sejumlah pedagang di Los C, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, buka suara soal isu sepinya pasar.

Mereka menegaskan bahwa bukan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) atau pungutan liar (pungli) yang jadi penyebab utama lesunya penjualan, melainkan karena daya beli masyarakat yang menurun pasca pandemi.

"Kalau dibilang sepi, iya. Tapi bukan karena PKL atau pungli. Pungli sih tetap ada, tapi masih dalam batas wajar. Enggak sampai bikin kami susah," Kata Erwin, 56 tahun, pedagang buah melon yang sudah berjualan puluhan tahun di Los C, Minggu 4 Mei 2025.

Erwin mengatakan jika tantangan terbesarnya saat ini dalam berdagang justru datang dari lambatnya perputaran ekonomi.

Baca Juga: Warga Keluhkan Tumpukan Sampah di Pasar Induk Kramat Jati

"Kami lebih terdampak karena ekonomi masyarakat lagi sulit. Jualan sekarang susahnya minta ampun. Kalau bukan karena udah nyaman di profesi ini, mungkin udah saya tinggalin," katanya.

Pasar Induk Kramat Jati memang dikenal sebagai pusat grosir buah-buahan. Para pembeli biasanya datang bukan untuk belanja eceran, melainkan borongan dalam skala besar.

"Di sini tuh jualannya per ton atau per karung. Pembeli eceran mah jarang. Makanya pasar kelihatan sepi padahal transaksinya tetap jalan," Kata Erwin.

Erwin mengatakan omset penjualan di lapaknya mulai kembali stabil beberapa bulan belakangan ini.

"Alhamdulillah beberapa bulan ini kami ada kenaikan omset. Walau hanya sekitar 15 persen, ini cukup bagi kami untuk tetap bertahan di situasi sulit seperti sekarang " Kata Erwin

Sementara itu, pedagang lainnya Sandra, 38 tahun, yang menjual buah nanas, menyebut bahwa penjualan masih tergolong stabil berkat bantuan teknologi.

Baca Juga: Pedagang Mangga Dua Bertahan Meski Sepi Pembeli: Enggan Kehilanggan Pelanggan Setia

"Banyak pesanan masuk lewat online, entah dari WhatsApp atau telepon. Jadi kami tinggal kemas di sini, kirim ke langganan. Kalau cuma ngandelin pembeli datang langsung, ya berat," Kata Sandra yang sehari-hari berdagang buah nanas.

Meski begitu, Sandra tidak menampik bahwa keberadaan PKL di luar area pasar memberi sedikit pengaruh bagi pedagang yang berjualan di Los C, pasar bagian dalam.

"Kadang pelanggan pilih beli di luar karena katanya lebih gampang milih buah. Tapi buat kami, dampaknya masih kecil. Yang paling berat itu karena daya beli masyarakat turun," katanya. CR-3

Tags:
Pasar Induk Kramat Jatidaya belipedagangpungliPKL

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor