Suasana di Mangga Dua Square dan WTC Mangga Dua, Selasa, 30 April 2025. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

EKONOMI

Pasar Mangga Dua Square dan WTC Mangga Dua Turun Tahta, Dulu Raja Kini Merana

Rabu 30 Apr 2025, 09:01 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Dulu jaya, kini merana. Begitulah nasib dua pusat perbelanjaan legendaris di Jakarta, yakni Mangga Dua Square dan WTC Mangga Dua, Jakarta Utara. Dua nama besar ini dulunya jadi primadona para pemburu elektronik, fashion, dan kebutuhan grosir.

Namun kini, sejak dihantam pandemi Covid-19, pamornya kian meredup. Sepi pembeli, pedagang pun berguguran.

Sari, pedagang nasi goreng dan minuman di WTC Mangga Dua yang sudah berjualan puluhan tahun, merasakan langsung perubahan drastis itu. Ia mengenang masa-masa kejayaan pusat belanja tersebut.

“Dulu, menjelang Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, pembeli sampai antre. Omzet bisa jutaan per hari. Kadang kami kewalahan layani pelanggan,” kata Sari saat ditemui di lokasi, Selasa, 29 April 2025.

Baca Juga: Manajemen Mangga Dua Diminta Buat Aturan Barang Bajakan

Namun sejak tiga tahun terakhir, situasinya berbanding terbalik.

“Sekarang, dagangan sering nggak habis. Apalagi jual makanan, sangat tergantung jumlah pengunjung. Pendapatan turun 50 persen. Sementara biaya sewa tetap, manajemen nggak kasih keringanan,” ucapnya.

Senada dengan Sari, Untung (58), pemilik toko elektronik di Mangga Dua Square, juga merasakan getirnya nasib pedagang. Ia kini terpaksa merangkap jualan online untuk bertahan.

“Pasar ini dulu nggak pernah sepi. Tapi sekarang, boro-boro rame, harapan aja tinggal sisa. Kami kaget perubahan bisa secepat ini,” ucapnya.

Baca Juga: Mangga Dua Sarang Barang Bajakan, Pengamat Ekonomi Desak Pemerintah Lakukan Pemberantasan

Untung mengatakan pada era 2000-an hingga awal 2010-an, Mangga Dua Square adalah destinasi utama belanja elektronik dan fashion. Mangga Dua Square dikenal sebagai pusat gadget, alat elektronik, dan pakaian berkualitas dengan harga miring. Banyak tenant-tenant besar yang menjadi jujugan warga Jakarta dan luar kota.

“Kalau dulu nyari barang elektronik, pasti ke Mangga Dua. Lengkap dan murah,” Kata Untung.

Sayangnya, seiring waktu dan berkembangnya mal-mal baru serta platform belanja daring, pamor keduanya terkikis. Kini, toko-toko banyak yang tutup, lorong-lorong lengang, dan suasana yang dulu hidup berubah sepi.

“Orang zaman sekarang lebih suka belanja online. Nggak perlu capek jalan, tinggal klik,” tambah Untung.

Berbeda dengan Mangga Dua Square dan WTC, Pasar Pagi Mangga Dua justru tetap stabil. Pengunjung masih ramai, bahkan beberapa pedagang membuka lebih dari satu toko.

Lilis, penjual baju batik di sana, mengatakan tetap bertahan meski diterpa pandemi.

“Dulu omzet bisa puluhan juta. Sekarang memang turun, tapi kami tetap optimis. Dan penjualan lnline membantu kami bertahan di masa pandemi” kata Lilis.

Ia menambahkan, loyalitas pelanggan jadi kunci pedagang di pasar pagi tetap bertahan

“Pelanggan kami banyak yang tetap belanja meskipun lewat online saat pandemi. Sekarang mulai ramai lagi,” ucap dia.

Lilis pun berharap pemerintah bisa turun tangan dan memprioritaskan nasib pedagang di pasar tradisional dan pusat grosir.

“Kami minta perhatian. Tolong pikirkan bagaimana caranya supaya pasar tradisional dan pusat grosir bisa hidup lagi. Jangan cuma mall besar yang dilirik,” harapnya.

Waktu boleh berubah, tren bisa bergeser, tapi semangat pedagang tak pernah padam. Mereka tetap berjuang, meski kerajaan dagangnya kini tinggal kenangan. (cr-3)

Tags:
grosirpedagangWTC Mangga DuaMangga Dua Square

Tim Poskota

Reporter

Aminudin AS

Editor