JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA menyabet penghargaan The Legend Award dari LEPRID di Jakarta pada Senin (19/2/2024).
Penghargaan tersebut diberikan LEPRID atas prestasi Denny JA memenangkan Pemilu presiden sebanyak lima kali berturut-turut pada 2004 hingga 2024.
Pihak LEPRID, Paulus Pangka menyatakan Denny JA sudah mencapai prestasi puncak yang tak pernah terjadi di dunia. Sebab, ia menjadi konsultan politik yang berhasil memenangkan presiden lima kali berturut-turut.
"Jika satu pemilu presiden terjadi setiap lima tahun, itu artinya Denny JA sudah malang melintang lebih dari dua puluh tahun dalam pemilu presiden dan selalu menang," kata Paulus, Senin (19/2/2024).
Denny JA mengatakan, di balik gagasan besar dalam kemampuannya memenangkan lima kali Pilpres, ada penggabungan politik masa kini.
“Ada gagasan yang jauh lebih besar. yaitu datangnya politik baru ke Indonesia. Politik 2.0. Itu gabungan dari politik demokrasi yang dikawinkan dengan ilmu pengetahuan," ucap Denny JA.
Ia mengatakan, politik baru ini membawa pesan kepada siapapun yang ingin menjadi pemimpin di era demokrasi. Apalagi jika ia ingin menjadi presiden.
"Pertama, pahami perilaku pemilih. Pahami demografi pemilih. Menangkan the heart and the mind of people. Dengarkan suara rakyat," tutur Denny JA.
Bukan hanya suara elit, pengusaha, aktivis, kelompok atau kepentingan. Tapi suara 204 juta pemilih dari Aceh sampai Papua perlu dimengerti.
Menurutnya, suara satu petani di Aceh sama dengan suara satu profesor di Jakarta. Suara satu buruh di Papua senilai dengan suara seorang aktivis di Jogjakarta.
"Bahkan suara mereka yang tak tamat SD, tamat SD, tak tamat SMP, tak tamat SMP, itu 60 persen dari total populasi pemilih. Sementara suara kalangan terpelajar: Mahasiswa, yang tamat D1, D2, S1, S3 hanya 10 persen saja," ujarnya.
Lebih jauh, Denny JA berujar dalam demokrasi berlaku One Man One Vote atau satu warga satu suara.
"Berarti suara wong cilik itu enam kali lebih banyak dibandingkan suara wong gede, kalangan terpelajar," katanya.
Selain itu, kata Denny JA, LSI memainkan turut memainkan strategi billboard, door to door rumah di berbagai wilayah, dan kampanye di media sosial.
"Ini pesan politik baru yang pertama. Pesan politik kedua menjawab pertanyaan: bagaimana mendengar suara 204 juta pemilih dari Aceh sampai Papua. Suara mereka juga dinamis," sambung Denny JA.
Lebih lanjut, Denny JA menyebut telah datang revolusi ilmu pengetahuan. Suara mereka bisa diketahui melalui sampel, melalui statistik.
"Suara 204 juta pemilih itu bisa diketahui hanya dengan 1200 saja responden saja. Survei opini publik telah datang. Ia anak kandung dari demokrasi. Tak ada demokrasi tanpa lembaga survei. Suara 204 juta pemilih dapat diketahui cepat sekali, setiap 2 minggu," jelasnya.
Namun demikian, Denny JA menyebut bahwa survei hanyalah Side A dari kerja untuk menjadi presiden. Sementara hanya sebagian survei membaca opini publik.
Ia menyebut yang tak kalah penting yaitu Side B, yakni mengubah opini publik. Di sinilah peran konsultan politik yang diemban olehnya.
Denny JA mengatakan, bagi Capres hanya mungkin menang pemilihan jika opini publik bisa dipengaruhi untuk lebih mendukung Capres itu.
"Peran politik baru sudah kita buktikan di lima kali pemilu presiden. Sejak 2004- 2024. Siapa yang menjadi presiden sudah, LSI Denny JA umumkan seminggu sebelumnya," imbuhnya.
Ia mencontohkan pada pemilu 2024 yang baru saja berlangsung. Tujuh hari sebelum hari pencoblosan, LSI Denny JA sudah mengumumkan Prabowo Subianto akan menang dengan interval tertinggi sekitar 58 persen.
Sementara Capres Ganjar Pranowo bisa mendapatkan interval terendah sekitar 16 persen.
"Angka itu terbukti enam hari kemudian dalam Quick Count semua lembaga dari Kompas, CSIS, Indikator hingga LSI Denny JA sendiri. Real Count KPU nanti tak akan banyak beda. Inilah science dalam politik. Inilah politik era baru, yang memasukkan science dalam pertarungan demokratis," paparnya.
Dalam Pilpres 2024, Menurut Denny JA, yang paling berperan atas kemenangan Prabowo-Gibtan adalah Tri Tunggal, yakni Prabowo, Gibran, dan Jokowi.
"Juga sangat berperan Tim sukses yang dipimpim Rosan. Juga berpengaruh Tim khusus yang dipimpin Bahlil," ungkapnya.(Pandi Ramedhan)