MUSIM penghujan mulai datang yang membawa kesejukan, setidaknya cuaca berangsur mendingin,tidak sepanas sebelumnya.
Tetapi tidak demikian dengan dinamika politik yang terjadi belakangan ini.
Suhu politik tak lagi menghangat, tetapi sudak mulai memanas.
Saling serang dengan memainkan isu politik mulai dilancarkan.
Seperti diberitakan, perseteruan kian terasa antara kubu Megawati dengan Jokowi, menyusul Gibran Rakabuming Raka dicalonkan sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Pencalonan Gibran berdampak kepada pecahnya dukungan relawan Jokowi kepada capres PDIP, Ganjar Pranowo.
Belum lagi keluarga Jokowi seperti Kaesang dan adik iparnya, Bobby Nasution, Wali Kota Medan, yang secara terbuka mendukung pencalonan Gibran, yang berarti mendukung capres Prabowo.
“Ya namanya keluarga, wajar saja kalau mendukung keluarganya sendiri yang maju sebagai kandidat pejabat publik,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bo dan Yudi.
“Justru menjadi aneh, kalau tidak mendukung keluarganya sendiri,” tambah Yudi.
“Kalau dukungan keluarga pecah, berarti keluarganya tidak kompak. Terlihat tidak harmonis,” ujar Ayu Bahari, pedagang warteg ikut nimbrung dalam obrolan.
“Kok bisa bilang begitu?,” tanya Heri.
“Loh kalau ada keluarga sendiri,anak, kakak atau adik nyalon, masa sih kita pilih calon lain. Itu namanya tidak harmoni,” jawab Ayu.
“Tidaklah mungkin lah, anaknya nyalon bupati misalnya, bapaknya, ibunya tidak pilih anaknya. Begitu juga dengan kakak atau adiknya, iparnya, keponakannya atau tetangganya,” tambah Yudi,
“Tapi dalam, politik pilihan boleh beda, satu rumah saja bisa beda dukungan dan pilihan,” kata Heri.
“Itu terjadi kalau dalam keluarga kita, tidak ada yang nyalon. Masing-masing anggota keluarga bebas menentukan pilihannya sendiri,” jelas mas Bro.
“Jadi soal dukungan karena pertalian darah, sulit dimainkan isunya ya,” tanya Heri.
“Ya salahnya di mana. Siapa pun akan melakukan hal yang sama,” kata Yudi.
“Terus isu politik yang lagi panas apa?,” tanya Heri.
“Soal sinyalemen kecurangan pemilu mulai terjadi,” kata Yudi.
“Wah menarik, ibarat perlombaan belum dimulai, kok sudah ada kecurangan..Gimana ceritanya,” pungkas Heri. (joko lestari)