Sukartini Djojohadikusumo membaca buku Prabowo Subianto. Foto: Dok Mitra Vinda.

Nasional

Sukartini Djojohadikusumo, Wanita 104 Tahun yang Berani Ceramahi Prabowo: Noblesse Oblige - Bagian II

Jumat 14 Jul 2023, 08:40 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Nama Sukartini Silitonga-Djojohadikusumo belakangan ramai disorot publik usai Prabowo Subianto mengunggah kebersamaannya dengan beliau.

Dalam caption foto yang ditautkan di akun Instagram Prabowo --Maret 2023 lalu-- Ketua Umum Partai Gerindra itu menyebut bahwa Sukartini Djojohadikusumo adalah sosok terpelajar yang kini berusia 104 tahun.

Walau berusia di atas 1 abad, beliau disebut masih sangat sehat, bugar, dan enerjik.

Tak butuh waktu lama, postingan Prabowo langsung diserbu khalayak. Terlebih sosok sepuh dengan usia di atas, sangat jarang ditemui. Dia adalah tante Prabowo atau adik dari ayahnya.

Kedekatan dengan Prabowo

Hingga kini, hubungan Prabowo dengan sang tante masih sangat dekat. Di tengah kesibukannya, Prabowo masih terus menjaga betul kondisi kesehatan tantenya itu dari jarak jauh.

Sukartini dan Prabowo. Foto: Dok Sukartini.

Di sela jam padat, Prabowo kerap menanyakan kondisi Tien lewat para ajudannya. Kalau tak bisa bertemu muka, sekeranjang bunga segar biasa dikirim Prabowo ke rumah Tien, lengkap dengan kata-kata 'sakti' penuh doa teriring indah.

"Saking perhatiannya, kami sekeluarga juga sangat hafal dengan para ajudan-ajudan Pak Prabowo," kata Vinda, anak kedua Sukartini kepada Poskota.co.id, Kamis 13 Juli 2023.

Kedekatan Prabowo dan Tien bukan terjadi kali ini saja. Sejak dahulu, keduanya memang sangat dekat. Bahkan ketika Sukartini berada di London, Inggris. Prabowolah --ketika itu berusia 14 tahun, yang mengajaknya berkeliling London.

Ada sebutan mesra yang kerap dilontarkan Tien pada ponakannya itu. Dia selalu memanggil My Brave Nephew --keponakanku yang berani.

Tien sangat mendukung berbagai langkah politik Prabowo Subianto. Sejak dulu dia selalu mendukung dengan memberi sejumlah nasihat pada keponakannya itu. Pesan dia kepada Prabowo, rakyat harus selalu diutamakan.

Setidaknya ada salah satu falsafah kuat penuh makna yang kerap ditanamkan Tien pada Prabowo, yakni Noblesse Oblige. Ini adalah frasa bahasa Prancis yang secara singkat memiliki makna 'kehormatan mendatangkan tanggungjawab'. 

Falsafah ini acap disampaikan pada Prabowo. Bahkan, frasa itu pernah disampaikan secara khusus untuk Prabowo dalam pidato ulang tahun Tien yang ke-100 bertajuk 'Noblesse Oblige'.

Prabowo seolah mendapat ceramah dan diuji ketika itu. Dan banyak tokoh yang mengaku tergetar mendengar uraian falsafah Tien. Salah satunya adalah Fahri Hamzah yang kemudian dituangkannya dalam status Twitter pada 2019 lalu.

“Setelah saya sampaikan soal Noblesse Oblige, saya ingin bertanya kepada keponakan saya yang pemberani, apa pendapatmu?” kata Tien kepada Prabowo seolah menguji.

Sukartini bersama Prabowo. Foto: Dok Sukartini.

Menurut Tien, falsafah Noblesse Oblige sering ia dengar dari ibunya, dan menjadi bagian dari nilai yang mereka hayati. Di mana seseorang yang memiliki pemahaman karena ilmu, belajar tentang kesatriaan, dan akhirnya memiliki kemuliaan, tak lain dan tidak bukan untuk memikul tanggungjawab untuk kepentingan rakyat dan masyarakat.

"Maka, yang saya sering dengar dari ayah saya, adalah kalau kita harus menolong, kita harus menolong rakyat. Maka kalau kita harus membela, kita memilih untuk membela rakyat kita yang miskin," demikian jawaban Prabowo atas pertanyaan tantenya itu seraya berdiri. dan seolah meyakinkan bahwa ia sangat mengerti bahwa kemuliaan melahirkan tanggung jawab.

Aktivitas Sehari-hari Sukartini

Vinda mengurai dugaan mengapa ibunya bisa berusia panjang. Setidaknya ada 3 faktor yang diduga menyertainya.

Pertama berkaitan dengan faktor genetik. Keluarga mereka rata-rata memiliki usia panjang. Para anggota keluarganya kebanyakan meninggal di usia di atas 80 tahun. Bahkan ada pula sanak family mereka yang meninggal di usia 103 tahun.

"Termasuk Pak Mitro (kakaknya) meninggal di usia 83 tahun. Pokoknya kakek, nenek saya di atas 80 tahun. Kalau saya boleh simpulkan, mungkin salah satunya karena gen," kata dia.

Ibu Tien saat mendapat kunjungan dari sejumlah pihak di kediamannya. Foto: Dok Mitra Vinda.

Faktor kedua, kemungkinan karena rajinnya Tien berolahraga sejak kecil. Menurut dia, hal itu sedikit banyak turut menyumbang kebugaran tubuhnya. Bahkan menginjak usia 104 tahun, Tien masih kerap berenang.

"Jadi (olahraga) berpengaruh sekali terhadap kesehatannya," kata dia.

Dan yang ketiga, Tien disebut sebagai perempuan yang tak neko-neko saat menjalani hidup.

"Tidak muluk-muluk, apa yang dia dapat, diterima. Keinginannya sejak dulu tidak terlalu tinggi. Dia menjalani hidup biasa-biasa saja, sederhana. Dan apa yang dia dapat, selalu disyukuri."

Ingatan seorang Tien juga terbilang masih sangat tajam. Dia bahkan ingat betul saat ada teman-teman atau para tokoh bangsa main ke rumahnya. Hingga kini, dia juga masih aktif bermain piano untuk melatih memori dan otot jari-jarinya.

Hal yang paling menarik dan disyukuri adalah tak ada pantangan makanan oleh dokter. Semua masih bisa dinikmati, walau sudah melalui sejumlah pertimbangan keluarga.

Menu sarapan Ibu Tien. Foto: Dok Mitra Vinda.

Adapun menu favoritnya di pagi hari, biasanya sepiring buah pepaya, chicken essence, dan segelas susu. Untuk makan siang, dia biasa menyantap nasi tim, atau bakmi rebus, dan lagi-lagi buah seperti mangga atau apel.

Tante Tien masih kerap berenang di usia 104 tahun. Foto: Dok Mitra Vinda.

"Ada satu menu yang dia sangat suka, yakni spaghetti. Dia juga sangat suka dengan keju. Kebetulan penjaganya sangat pintar masak, jadi makanannya dia nikmati betul," kata Vinda.

"Intinya makanan bule adalah kesukaan ibu. Mungkin karena dia pernah tinggal di Belanda, jadi sangat menyukai makanan-makanan luar negeri," kata anak Sukartini Silitonga-Djojohadikusumo itu.

BACA JUGA: Sukartini Djojohadikusumo, Wanita 104 Tahun yang Berani Ceramahi Prabowo: Noblesse Oblige - Bagian I

Tags:
Sukartini DjojohadikusumoSukartini Silitonga DjojohadikusumoPrabowo Subianto

Reporter

Administrator

Editor