JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga, menyebut kolong tol Angke, Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, yang dijadikan hunian liar oleh warga bukanlah yang baru. Ia berpendapat jika pemerintah harus tegas dalam bertindak.
"Perlu ketegasan dari atas mulai Pj Gubernur DKI Jakarta, Walikota Jakut, Kecamatan, hingga Kelurahan untui berani menertibkan permukiman liar tersebut secara ertahap, bijak, dan manusiawi," ujar Nirowo dikonfirmasi wartawan menanggapi hunian liar di kolong tol angke, Selasa (20/6/2023).
Nirwono mengatakan, warga Jakarta yang memiliki identitas atau KTP, diberikan pilihan untuk pindah ke rumah susun jika tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Sementara yang tidak memiliki identitas dan menetap hunian liar diberikan uang kerohiman untuk pulang ke kampung halaman.
Maka dari itu, dalam hal ini pemerintah harus tegas melakukan penindakan. Lahan di kolong tol Angke yang digunakan warga sebagai tempat tinggal itu diharapkan bisa menjadi lokasi yang bermanfaat, seperti fasilitas pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
"Setelah penertiban, kawasan harus dikosongkan dan dijadikan ruang terbuka hijau (RTH) dan dijaga ketat Satpol PP atau Kelurahan setempat agar mereka tidak kembali kesini atau ada warga lain yang mencoba bermukim di sini," papar Nirwono.
Nirwono sedikit menyinggung soal warga yang semestinya pindah ke Rusun, namun kembali membangun hunian liar karena tidak mampu membayar sewa. Menurutnya, pemerintah harus berunding dengan warga terkait harga sewa di Rusun. Hal itu agar warga yang selama ini nakal dengan membangun hunian liar di fasilitas umum, bisa patuh dan pindah ke Rusun.
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan pendapatan warga ketika tinggal di Rusun. Pasalnya banyak juga warga yang tak mau tinggal di Rusun karena khawatir kehilangan pekerjaan yang selama ini mereka jalani.
"Skema pembiayaan sewa di Rusun harus dirundingkan kembali, disertai pendampingan untuk berusaha atau peluang kerja dari Pemda sehingga memungkinkan mereka memiliki penghasilan tetap untuk membayar sewa, misal pekerja sebagai pasukan oranye atau biru, atau kuning, atau hijau," tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, Warga yang tinggal di Kolong Tol Angke, Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terancam tergusur. Puluhan tahun tinggal di rumah triplek, warga terancam tidak mendapat tempat tinggal.
Mirisnya, salah satu sekolah yakni sekolah Domba yang berlokasi di bawah kolong tol tersebut juga terancam dibongkar. Salah satu warga bernama Budi, nama samaran, mengaku terusik dengan adanya informasi yang menyebut jika ratusan rumah yang berlokasi di bawah kolong tol itu terancam akan dibongkar.
Pasalnya, ia yang sudah lama tinggal di sana merasa sudah nyaman. Apalagi Budi yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kopi, penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan untuk bertahan hidup.
"Ada warga pendatang, karena imigran dari Surabaya dari mana lah, jadi kemarin juga waktu mau dapat Rumah Susun percuma data doang hasilnya nggak ada. Percuma nggak ada identitas," katanya di lokasi.
Karena hal itu, Budi bersama warga lainnya yang sudah puluhan tahun tinggal di sana merasa terusik. Apalagi jika sekolah Domba yang telah lama berdiri di sana akan dibongkar.
Pasalnya, sekolah Domba yang didirkan oleh umat Nasrani selama ini memberikan dampak positif yang begitu besar. Banyak warga di sana yang buta hurus, sehingga anak-anak mereka perlu bersekolah agak tak buta huruf seperti orangtuanya.
"Banyak yang buta huruf. Terus kalau sekolah Domba dibongkar anak-anak gimana? Banyak yang buta huruf," paparnya.
Budi menuturkan jika sekolah Domba merupakan satu-satunya tempat anak-anak belajar. Apalagi, anak-anak di sana tak perlu mengeluarkan uang untuk mengais ilmu. "Kalau dibongkar nasib anak-anak gimana? Mau di pindah ke mana?," keluhnya.
Sementara itu Lurah Jelambar Baru, Danur Sasono mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan warga yang tinggal di bawah kolong tol, lahan milik Jasa Marga.
"Arahan pimpinan untuk melakukan pendataan awal aja. Maping. Siapa saja apa aja yang ada di bawah (kolong tol). Data kemarin baru 31 KK," ujarnya kepada wartawan.
Setelah dilakukan pendataan, ditemukan banyak warga yang berasal dari luar daerah. Mereka yang merantau tidak mempunyai tempat tinggal tetap, sehingga mendirikan rumah kardus di bawah kolong tol.
Danur belum mengetahui nasib warga yang selama tinggal di bawah kolong tol Angke itu. Ia menyebut jika pihaknya hanya melakukan pendataan kepada warga yang selama ini tinggal di sana.
"Iya (relokasi) dari temen-teman Jasa Marga juga. Dari provinsi juga baru Tingkat Kota. Kita cuma pendataan aja, arahnya kemana kita ga tau," bebernya menanggapi hunian liar. (Pandi)