Kopi Pagi

Kopi Pagi Harmoko: Simbol Kepemimpinan

Senin 28 Nov 2022, 06:00 WIB

Simbol Kepemimpinan
 
DI TENGAH perubahan dunia yang semakin cepat, di tengah beragam ancaman krisis, semakin membutuhkan pemimpin yang mampu memberi arah, memberikan sinar terang dan sejuk serta keindahan di tengah kegelapan.”  -Harmoko-

Kriteria capres (calon presiden) yang diharapkan, mulai banyak digulirkan sejumlah kalangan, tak terkecuali Presiden Joko Widodo dengan memberikan  simbol-simbol. Meski simbol yang disampaikan lebih kepada sinyal dukungan, tetapi dapat diduga itulah gambaran satu sosok yang diharapkan dapat memimpin bangsa Indonesia ke depan. Setidaknya masa periode 2024 – 2029.

Rambut putih dan wajah berkerut sebagai gambaran pemimpin yang selalu memikirkan rakyat seperti dikatakan Presiden Jokowi, dapat dikatakan sebagai pesan lewat simbol penampilan. Sejumlah pengamat menyebutnya sebagai pesan politik, endorse ke sosok tertentu yang telah lama digadang dipersiapkan beliau.

Tentu masih banyak sosok lain yang dapat ditawarkan dengan beragam argumen yang disodorkan sebagaimana kriteria yang diharapkan. Itu sah-sah saja dalam sebuah negara demokrasi guna menampung sebanyak mungkin aspirasi rakyat. Kalaupun terjadi perbedaan aspirasi tak dapat dihindari karena itulah sejatinya demokrasi Pancasila yang akan selalu menghargai perbedaan, bukan mengingkari perbedaan, apalagi sampai menutup rapat hingga menjegal aspirasi.

Kalau kemudian penampilan menggambarkan karakter dan ciri khas seseorang memang begitu adanya. Bahkan, leluhur kita mengatakan bahwa simbol calon pemimpin bangsa dapat diketahui dari simbol (lambang, ciri khas) yang melekat pada tubuhnya sejak ia lahir ke dunia.

Inilah kelebihan para leluhur yang senantiasa menerapkan “ilmu titen” (niteni, menandai) dalam mengarungi kehidupannya dengan alam semesta raya sehingga mampu memprediksi apa yang bakal terjadi di lingkungan sekitarnya.

Tak hanya dengan lingkungan alam, mencermati pemimpin yang handal pun telah diajarkan sejak dulu kala melalui simbol- simbol kepemimpinan yang disebut “Hasta Brata”- hasta berarti delapan, sedangkan brata adalah sifat atau perilaku. 

Hasta brata merupakan kualitas kepemimpinan atau bobot pemimpin. Selain itu perlu dilihat jg bibit atau asal - usul dan juga bebet atau penampilan atau tanda - tanda lahiriah yang dimiliki seperti yang saya sebut diatas. Sebagaimana halnya memilih pasangan hidup, bibit bobot dan bebet pemimpin haruslah jelas karena merupakan pasangan hidup rakyat yang akan memimpin bangsa ini untuk menuju arah yang lebih baik, setidaknya untuk 5 - 10 tahun kedepan.

Diperkenalkan melalui lakon pewayangan “Wahyu Makutha Rama”, yang dicontohkan Sri Rama ketika mengangkat Wibisana menjadi raja di Alengka. Hasta Brata sering disebut pula delapan simbol alam semesta bagi seorang pemimpin.

Hasta yang pertama adalah seorang pemimpin diharapkan meniru watak bumi (Mahambeg Mring Kismo), yakni menjadi sumber kehidupan, memenuhi kebutuhan hidup, mengerti apa yang dibutuhkan rakyatnya.

Kedua, meniru watak air (Mahambeg Mring Warih), yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Ketiga, meniru watak angin (Mahambeg Mring Samirana), berhembus kepada siapa pun di mana pun, memberikan nafas bagi rakyatnya, bersikap adil, tanpa pandang bulu dan tanpa tebang pilih.

Keempat, meniru watak matahari (Mahambeg Mring Surya), pemimpin memberikan sinar kehidupan. Kelima, meniru watak bintang (Mahambeg Mring Kartika), pemimpin menjadi pedoman arah bagi rakyat dan teladan bagi anak buah yang dipimpinnya. 

Keenam, meniru watak bulan (Mahambeg Mring Chandra), yang memberikan sinar terang dan sejuk serta keindahan saat gelap. Ketujuh, meniru watak gunung (Mahambeg Mring Wukir) , pemimpin berwatak teguh dan kokoh tidak menyerah dalam membela kebenaran, kuat dalam memegang prinsip.

Kedelapan, meniru watak api (Mahambeg Mring Dahana), pemimpin memberikan energi positif, membakar semangat, menghangatkan hati.

Dengan meniru, memiliki watak dan kecakapan alam itu, pemimpin akan memiliki jiwa ksatria sebagai sarana mendarmabaktikan diri kepada negara dan rakyatnya. Itulah pemimpin yang diharapkan di era kapanpun, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini. 

Di tengah perubahan dunia yang semakin cepat, di tengah beragam ancaman krisis pangan, energi, ekonomi dan keuangan, semakin membutuhkan pemimpin yang bisa membaca zaman.

Mampu memberi arah dan pedoman bagi rakyatnya untuk meraih tujuan. Mampu memberikan sinar terang dan sejuk serta keindahan di tengah kegelapan. Pemimpin yang  bisa mewujudkan impian masyarakat dan rakyat yang dipimpinnya, menuju negara yang sejahtera adil dan makmur. Aman damai.

Siapa pun yang diberikan mandat oleh rakyat pada pilpres mendatang hendaknya mengaktualkan ajaran luhur, delapan sifat kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal tersebut. Setidaknya dijadikan sebagai media kontrol (pepeling) diri bagi pemimpin dalam menjalankan amanat rakyat.

Kita dapat berharap, jika seorang pemimpin mampu mengaktualisasikannya, negeri yang tata tentrem kerto raharjo, gemah ripah loh jinawi, bukan hal mustahil dapat diwujudkan. Semoga. (Azisoko)

Tags:
pemimpin ;simbolkepemimpinanHasta brata

Administrator

Reporter

Administrator

Editor