Xi Jinping

Internasional

Jabatan Periode Ketiga Bikin Xi Jinping Sosok Pemimpin Tiongkok Tak Tertandingi

Senin 31 Okt 2022, 10:00 WIB

POSKOTA.CO.ID - Xi Jinping menjadi pemimpin Tiongkok yang paling kuat dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Tidak banyak yang meramalkan akan sosoknya.

Dia mengumumkan periode ketiga sebagai pemimpin Tiongkok pada Minggu (23/10/2022). Demikian dikutip dari BBC.

Pidatonya memberikan petunjuk yang penting tentang arah kepemimpinnya ke depan. Sebelumnya ada kekhawatiran bahwa Tiongkok akan menutup diri dari ekonomi dunia.

Namun Xi Jinping mengatakan,"Tiongkok tak bisa berkembang tanpa dunia dan dunia juga membutuhkan Tiongkok.”

"Setelah lebih dari 40 tahun upaya tanpa henti menuju reformasi dan keterbukaan, kami telah menciptakan dua keajaiban. Pembangunan ekonomi yang cepat dan stabilitas sosial jangka panjang."

Hanya sedikit yang diketahui mengenai Xi Jinping pada satu dasawarsa lalu. Terlepas dari fakta bahwa dia adalah seorang “pangeran” karena ayahnya merupakan salah satu pemimpin revolusioner Tiongkok.

Garis keturunan itu membantunya memenangkan dukungan dari para tetua partai, yang berperan penting membawanya menguasai Partai Komunis Tiongkok (PKT). Karena para pemimpin ini sering kali masih memiliki pengaruh politik bahkan setelah pensiun.

“Sebelum diangkat, Xi Jinping dianggap sebagai sosok yang bisa berkompromi dengan semua orang,” kata Joseph Fewsmith, pakar politik elit Tiongkok di Universitas Boston.

Tetapi otoritas Xi Jinping tampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi 10 tahun kemudian. Kekuatannya tidak tertandingi.

Kekuatan Politik Tumbuh dari Laras Senjata

Bapak pendiri Tiongkok Komunis Mao Zedong pernah mengatakan, “Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata.”

Mao Zedong memastikan bahwa partai yang mengendalikan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) bukan negara usai berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1949.

Sejak itu Pemimpin PKT juga menjadi Ketua Komisi Militer Pusat (KMP).

Xi Jinping lebih beruntung dibandingkan pendahulunya, Hu Jintao, karena dia langsung menjadi ketua KMP.

Dia juga tidak membuang-buang waktunya dan segera menyingkirkan oposisi di dalam angkatan bersenjata.

Episode paling mengejutkan terjadi pada 2014 dan 2015 ketika mantan Wakil Ketua KMP Xu Caihou dan mantan Jenderal TPR Guo Boxiong dituduh korupsi.

“Mereka sudah pensiun ketika tuduhan itu muncul. Tetapi kemampuan Xi menargetkan mereka mengurangi pengaruh lama mantan pemimpin Tiongkok Jiang Zemin di TPR,” kata Joel Wuthnow, seorang rekan senior di Universitas Pertahanan Nasional yang didanai oleh Pentagon.

"Itu juga mengirim sinyal kuat kepada para perwira militer yang masih aktif bahwa tidak ada orang yang melawan kendali Xi yang kebal dari bahaya," tambahnya.

Xi Jinping juga merombak struktur militer pada 2015. Dia menutup empat markas militer. Yakni staf, politik, logistik dan persenjataan. Lalu menggantinya dengan 15 badan yang lebih kecil.

Struktur baru itu memungkinan KMP memerintah langsung berbagai cabang militer. Bahkan sampai auditor keuangan harus melapor langsung ke KMP.

Hal-hal itu menjadi semacam desakan untuk kesetiaan mutlak kepada Xi Jinping yang masih terus ditegaskan sampai saat ini.

Harian Tentara Pembebasan Rakyat, surat kabar resmi militer, menerbitkan artikel yang menekankan bahwa KMP memegang komando secara keseluruhan pada bulan lalu.

“Pesan itu membantu menangkal tendensi apa pun yang mungkin berkembang di militer untuk membangun loyalitas terhadap pemimpin senior TPR yang suatu hari nanti mungkin saja menentang Xi,” kata Timothy Health, peneliti senior pertahanan internasional di lembaga think tank Amerika Serikat RAND.

“Loyalitas kepada partai berarti TPR diharapkan untuk melaksanakan setiap perintah untuk mempertahankan partai, dan Xi khususnya tetap berkuasa.”

Kesetiaan Adalah Yang Utama

Pasca mengamankan “laras senapan” maka penting untuk memastikan “pisau”. Yakni aparat keamanan internal di bawah kendali penuh.

Dua tahun setelah Xi Jinping berkuasa kemudian pihak berwenang mengonfirmasi penangkapan seseorang yang dijuluki “harimau”. Yakni mantan kepala keamanan domestik Zhou Yongkang karena korupsi.

Zhou Yongkang terkait erat dengan Bo Xilai, “pangeran“ lain yang merupakan saingan Xi Jinping.

Investigasi itu memicu kekagetan politik karena merusak aturan tidak tertulis bahwa anggota Komite Tetap Politbiro, sebagai badan pembuat keputusan paling kuat, tidak akan dikenakan hukuman pidana.

“Xi Jinping ternyata adalah politisi brilian yang kejam yang secara sabar bangkit melalui sistem sampai memanfaatkan momennya untuk memerintah,” kata analis senior Tiongkok dari Eurasia Group, Neil Thomas.

“Para senior partai komunis yang mendukung kebangkitan Xi kemungkinan terkejut dengan kecepatan dan skala perebutan kekuasaannya.”

Pengamat mengatakan kampanye anti korupsi yang menjadi andalan Xi Jinping juga dimanfaatkan untuk menyingkirkan saingan politiknya dan faksi lain di dalam partai.

Lebih dari 4,7 juta orang telah diselidiki oleh lembaga anti korupsi dalam satu dekade terakhir.

“Dalam dua tahun terakhir, Xi lebih jauh lagi membersihkan pejabat-pejabat keamanan yang mendukungnya naik ke tampuk kekuasaan,” kata pakar politik di Universitas California San Diego, Victor Shih.

“Sekarang badan keamanan dijalankan hampir secara eksklusif oleh pejabat-pejabat yang memiliki sejarah masa lalu dengan Xi dan yang mungkin dipercaya olehnya.”

Xi Jinping juga telah menempatkan para loyalisnya di pos-pos regional yang penting. Seperti sekretaris partai di kota-kota utama seperti Beijing, Shanghai, dan Chongqing.

Neil Thomas menyebutkan posisi ini penting karena mereka bertanggung jawab menafsirkan dan menerapkan arahan pusat di daerah-daerah yang berpenduduk jutaan orang.

Setidaknya 24 dari 31 sekretaris partai tingkat provinsi adalah rekan politik Xi Jinping. Mereka sebelumnya mengenal keluarganya, bersekolah dengannya, bekerja di bawahnya, atau bekerja untuk salah satu sekutu dekatnya.

Sementara hampir semua dari 281 anggota komite tetap provinsi dipromosikan oleh Xi Jinping, menurut data yang dihimpun Wu Guoguang, seorang profesor politik di Universitas Victoria Kanada.

Membangun Ketokohan

“Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik Tiongkok untuk Era Baru” diabadikan dalam konstitusi negara itu pada 2018.

Memiliki ideologi yang dinamai atas namanya menjadi memperkuat warisan Xi Jinping.

Sebelum Xi Jinping hanya Mao Zedong yang mencapai titik ini. Bahkan Deng Xiaoping, yang dikenal sebagai arsitek modernisasi Tiongkok, hanya memiliki teori yang menggunakan namanya.

Sementara pendahulu Xi Jinping seperti Jiang Zemin dan Hu Jintao tidak memiliki pemikiran atau teori apa pun yang melekat pada nama mereka.

Arti sebenarnya dari pemikiran Xi Jinping masih bisa diperdebatkan. Menurut para analis bukan itu intinya tetapi ini adalah kekuatan.

“Pemikiran Xi utamanya ditujukan untuk memperkuat legitimasi dan kekuasaan Xi di atas siapa pun di Partai Komunis Tiongkok dan di negara itu. Ini adalah bagian dari pengkultusan terhadap sosok baru yang mengaitkan Xi dengan Mao dan kaisar-kaisar Tiongkok yang paling berjaya dan sukses di masa lampau,” kata Jean Pierre Cabestan, profesor emeritus ilmu politik di Universitas Baptis Hong Kong.

Puluhan universitas dan institusi, termasuk Universitas Peking dan Universitas Tsinghua yang bergengsi, mendirikan pusat penelitian atas nama Xi Jinping menurut surat kabar Hong Kong Ming Pao.

Kementerian Pendidikan pada bulan Agustus meluncurkan rencana untuk mempromosikan pemikiran Xi Jinping dalam kurikulum nasional.

Sebelumnya pada 2019, sebuah aplikasi seluler bernama Xuexi Qiangguo yang secara harfiah berarti “Belajar dari Xi, Perkuat Negara” diluncurkan. Aplikasi tersebut berisi kuis-kuis tentang pemikiran Xi Jinping.

Xi Jinping percaya “dia memiliki ideologi yang benar dan semua orang harus menerimanya,” kata Andrew Nathan, seorang profesor ilmu politik di Universitas Columbia.

“Setiap kali Mao mengambil posisi kebijakan, semua orang harus mengikuti, dan itu juga berlaku untuk Xi.” ***

Tags:
tiongkokXi jinpingMao Zedong

Reporter

Administrator

Editor