ISU Jakarta akan tenggelam dalam beberapa hari terakhir ramai diperbincangkan di sejumlah tempat, tak terkecuali di warteg ujung gang.
“Jakarta bakal tenggelam Bro,” kata Heri ketika maksi di warteg tersebut bersama dua sohibnya, Yudi dan mas Bro.
“Bukan hal baru. Itu ILBK (isu lama yang bersemi kembali),” jawab mas Bro sekenanya.
“Kayak CLBK dong mas,” kata Ayu Bahari, pemilik warteg menimpali.
“Cinta lama boleh bersemi kembali Yu, tetapi tenggelamnya jangan sampai bersemi. Cukup isunya saja yang bersemi,” kata mas Bro.
“Iya kalau tenggelam bisa repot. Mas nggak bisa makan di warteg lagi...” canda Ayu.
“Saya optimis Jakarta tidak akan tenggelam. Banyak ahli yang bisa mencegah Jakarta tenggelam,” kata mas Bro.
“Isu itu mencuat atau dicuatkan kembali sebagai bentuk antisipasi bersama menjaga Jakarta,” kata Yudi.
“Saya setuju prediksi Jakarta akan tenggelam harus disikapi secara bijak. Hendaknya dijadikan sebagai peringatan bahaya,” tambah mas Bro.
Ini tak lepas dari fakta bahwa sejumlah wilayah permukaan tanah di Jakarta berada di bawah permukaan air laut. Tak berlebihan jika Jakarta rawan genangan dan banjir.
Yang diperlukan sekarang adalah bagaimana mencegah penurunan permukaan tanah, setidaknya menahan.
“Penyedotan air tanah secara serampangan dan besar – besaran harus dikurangi. Gedung bertingkat yang menyedot air tanah harus dihentikan, ganti dengan pipanisasi air yang disediakan PDAM misalnya,” kata Yudi.
“Ini pekerjaan rumah Pemprov beserta jajarannya untuk mampu memenuhi kebutuhan air warga Jakarta. Selama kebutuhan air bersih belum terpenuhi, penyedotan air tanah sulit dihindari,” kata mas Bro. (jokles)