Aku Papua di Rarampa

Minggu 31 Okt 2021, 07:00 WIB

SABTU, 30 Oktober 2021 ini saya merenungkan bulan Oktober yang luar biasa ini dari wilayah “danau kaget” (bukan pasar kaget) di Taman Cipulir Estate, Kelurahan Cipadu Jaya, Larangan, Tangerang Kota.

Disebut “danau kaget” karena setiap hujan deras,  kawasan itu menjadi danau selama beberapa jam. Sungai kecil yang mengalir di dekat kawasan itu sudah hampir rata dengan wilayah perumahan. Tidak ada pengerukan untuk memperdalam sedikit sungai itu.

Warga dan pemerintah setempat nampak tidak bisa banyak berbuat untuk mengatasi “danau kaget” ini. Warga harus menerima hidup di dalam “danau kaget” ini. Tanpa protes. Hanya bisa diam dan menggerutu.

Karena agak bingung merenungkan bulan Oktober luar biasa dari Taman Cipulir Estate, saya cari tempat lain untuk menenangkan diri. Saya memilih sebuah rumah makan Rarampa di Jalan Mahakam, Jakarta Selatan.

 

Ilustrasi Franky Sahilatua. (ucha)

Selasa, 19 Oktober 2021 itu kebetulan seorang teman dari Biak, Papua, Moses Morin, datang ke rumah makan Rarampa. Di situ pemusik asal Manado, Om Nyong mengiringi, penyanyi Elke Ngantung dan Evie, melantunkan lagu ciptaan almarhum Franky Sahilatua, “Aku Papua”.

Lagu “Aku Papua” ini juga dilantunkan dalam acara pemukaan PON XX di Jayapura yang diresmikan Presiden Jokowi. Ketika Moses bercerita tentang munculnya “beberapa orang kaya kaget” karena bisa mengambil keuntungan dari penyelenggaraan PON Papua 2021 ini, saya ingat pesan “whatsapp” (WA) dari Mbak Antiek, istri almarhum Franky Sahilatua.

Minggu, 17 Oktober 2021, Mbak Antiek lewat pesan WA mengatakan terharu dan bangga lagu almarhum suaminya dikumandangkan di acara pembukaan PON XX. “Tapi sayang, kok panitianya tidak menghubungi saya, maka dari publisher mendukung saya untuk somasi,” kata Mbak Antie.

Saya tanya pada Om Nyong, apakah bisa disomasi ? “Sangat bisa bila lagu itu dipakai untuk acara resmi tanpa ijin penciptanya,” ujar Om Nyong.

Apakah di bulan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021 ini kita perlu diam bila banyak wilayah pemukiman jadi “danau kaget”. Atau kita diam bila terjadi pelanggaran aturan hak cipta ? Mungkin perlu diam dan berdoa ya ? Amin (Ciamik)

Berita Terkait

News Update