JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Influencer Tirta Hudhi atau biasa dikenal dengan dr Tirta berikan tanggapan terkait harga tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang kini semakin anjlok.
Sebelumnya, penurun harga PCR ini merupakan buntut dari kritikan keras masyarakat kepada pemerintah yang mewajibkan pengguna transportasi pesawat wajib tes PCR.
Presiden Jokowi langsung berikan respon dan meminta agar harga tes pcr diturunkan menjadi Rp300 ribu.
Sampai akhirnya, Kementrian Kesehatan memutuskan untuk kembali menurunkan harga tes (PCR).
Saat ini tes PCR turun harga menjadi Rp275.000 untuk wilayah di Pulau Jawa dan Bali. Sementara di luar Jawa Bali menjadi Rp300.000.
Menanggapi hal itu, dr Tirta lantas berikan tanggapan menohok atas fenomena harga PCR yan semakin anjlok ini.
Hal itu diungkapkan dr Tirta melalui akun Twitter@tirta_cipeng. Ia mengatakan protes online yang dilakuan warganet ternyata mampu membuat harga tes PCR turun Rp275 ribu.
Ia pun menduga jika masyarakat terus berikan protes seperti ini, kemungkinan harga PCR akan kembali turun di harga Rp100 ribuan.
"Via protes online harga swab pcr bisa jadi 275.000. Kalo protes terus, bisa jadi 100 rebuan," katanya, dikutip dari akun Twitter @tirta_cipeng (28/10/2021).
Dokter Tirta juga menyinggung harga tes PCR tahun lalu yang mencapai Rp 1,5 juta.
Via protes online harga swab pcr bisa jadi 275.000
— TIRTA (@tirta_cipeng) October 27, 2021
Kalo protes terus , bisa bisa jadi 100rebuan
Tahun lalu swab pcr 1.5 jutaan. Brasa beli yeezy resell 14 juta trus jadi 2.4 juta skrng harganya
🤣🤣🤣
"Tahun lalu swab pcr 1.5 jutaan. Brasa beli yeezy resell 14 juta trus jadi 2.4 juta skrng harganya," ucapnya.
Di sisi lain, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyindir ketua DPR RI, Puan Maharani soal harga polymerase chain reaction (PCR).
Ia memintanya untuk menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar kembali menurunkan harga PCR.
Pasalnya, PCR yang ditetapkan pemerintah pusat (Pempus) masih terbilang mahal.
Sebagai informasi, harga tes PCR di India hanya mencapai Rp 160.000. Sementara untuk di Indonesia, harga yang ditetapkan yakni Rp 275 ribu hingga Rp 300 ribu.
"Mba puan, penurunan menjadi Rp 300 ribu masih terlalu mahal untuk masyarakat Mohon (sampaikan) ke Pak Presiden turunkan lagi...India bisa murah, kenapa kita tidak?," kata Susi dalam cuitannya di akun Twitter @Susipudjiastuti pada Kamis (28/10/2021).
Hal senada dikatakan Ketua Ikatan Pilot Indonesia, Iwan Setiawan. Dirinya menghimbau kepada Pemerintah pusat untuk meninjau kembali aturan penggunaan PCR tersebut.
Menurutnya, fasilitas moda transportasi udara saat ini juga sudah dilengkapi HEPA sebagai filter terhadap virus.
"Kami ikatan pilot Indonesia menghimbau untuk dapat meninjau kembali aturan tersebut," kata Iwan.
"Pesawat komersial dilengkapi dengan HEPA sebagai filter terhadap virus, sehingga menurut ikatan pilot Indonesia transportasi udara mendapatkan perioritas untuk diutamakan pemulihannya," sambungnya.
Ia juga menilai penggunaan Rapid Test sebagai syarat penerbangan sudah tercukupi untuk dijadikan keamanan di jalur udara.
Pasalnya, berdasarkan para peneliti saat ini seperti ICAO, IATA dan WHO menyatakan test Antigen memiliki akurasi yang baik.
Terlebih lagi, Antigen lebih murah dan cepat untuk digunakan sebagai alat test.
"Penelitian juga menunjukkan bahwa rasio penularan di udara sangat rendah serta didukung protokol kesehatan yang ketat di bandara, serta telah divaksinnya pekerja maupun penumpang. Maka transportasi udara sangat aman," tutupnya. (Cr09)