Kholiyah bersama tim kuasa hukumnya. (Foto/ist)

Regional

Selama 20 Tahun Kholiyah Menahan Sakit dari Perlakuan Suaminya

Sabtu 04 Sep 2021, 11:14 WIB

SERANG, POSKOTA.CO.ID - Kejadian kekerasan rumah tangga yang berakhir pada tewasnya AS (55) beberapa waktu yang lalu bukan kejadian pertama yang dialami Kholiyah.

Jauh sebelum itu terjadi, ia kerap mendapat perlakuan kekerasan dari suaminya itu. 

Berbagai kekerasan baik fisik maupun fsikis sudah dialami Kholiyah sejak 20 tahun lalu ketika suaminya tidak lagi bekerja.

Namun dengan segala kesabaran yang ia miliki, Kholiyah mencoba untuk terus mentaati segala perintah korban sebagai suaminya.

"Mungkin ini sudah takdir Allah yang diberikan kepada saya untuk berjodoh dengan suami saya yang begitu karakternya," kata Kholiyah mengawali ceritanya, Jumat (3/9/2021). 

Kholiyah menuturkan, sudah hampir 20 tahun ia mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan dari suaminya.

Awal mulanya sejak dia sudah tidak mempunyai pekerjaan lagi. 

"Kalau waktu muda, ketika dia masih bekerja sebagai buruh, itu semuanya berjalan dengan normal dan baik-baik saja, alhamdulillah," ucapnya. 

Sejak dia menganggur itu berbagai pertengkaran sering terjadi antar mereka berdua.

Bahkan semua anak-anak, adik dan tetangga sepertinya sudah mengetahui kalau dirinya sering berantem. 

"Dia itu paling berani kalau kondisi di rumah sedang sepi. Wah, itu beneran pasti ada aja cekcoknya. Biasanya cekcok itu karena hal-hal kecil," ujarnya. 

Pada saat berantem itu, lanjut Kholiyah, dia bisa sampai memukul, menyeret dan mendorong-dorong Kholiyah sampai jatuh.

Bahkan suatu hari, pernah ketika sedang berantem dia mendorong kepala saya sampai terbentur ke tembok. 

"Dan pada saat itu adiknya dari kampung sebelah dateng ke rumah, melihat langsung bagaimana kepala saya dibenturkan ke tombok," ucapnya. 

Di tengah kekerasan fisik yang kerap ia dapatkan dari suaminya, Kholiyah ternyata sudah berperan sebagai kepala keluarga menggantikan suaminya yang menganggur. 

Dengan modal seadanya Kholiyah berjualan sayur berjalan kaki keliling komplek setiap pagi.

Hal itu ia lakukan tidak lain untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari keluarganya serta biaya pendidikan ketiga anaknya di SMP dan SMA. 

"Kadang kalau suami saya tidak punya rokok, saya belikan," ucapnya. 

Selang beberapa bulan setelah dirinya mendapat sedikit keuntungan dari berjualan sayur kelilingnya, Kholiyah kemudian membelikan sepeda motor untuk suaminya, agar bisa bekerja meskipun ngojek. 

Tapi ternyata motor itu tidak bertahan lama dipakai ngojek. Suaminya mengalami kecelakaan, tabrakan di jalan.

Motornya hancur dan suaminya dibawa ke RS. 

"Habis sekitar Rp8 juta untuk proses perawatan di RS pada waktu itu. Padahal itu uang modal jualan sayur yang terpaksa ia pakai," katanya. 

Satu persoalan sudah selesai ketika suaminya sembuh dan dinyatakan boleh pulang.

Namun di mata Kholiyah, permasalahan baru justru kembali muncul yakni mencari modal untuk kembali berjualan. 

Tak mau kalah dengan perputaran waktu, Kholiyah pun melakukan pinjaman ke bank keliling sebesar Rp1 juta.

Karena dirasa masih terlalu kecil untuk modal, ia pun kembali meminjam ke bank lainnya. 

"Akhirnya numpuklah hutang saya waktu itu. Namun bukannya suami membantu, dia malah memaki dan bercerita ke semua orang kalau saya banyak hutangnya," pungkasnya. 

Kholiyah mengaku hanya bisa menghela nafas panjang ketika mendengar hujatan dari tetangganya terkait hutangnya yang menumpuk.

Hingga pada akhirnya ia menegur secara halus ke suaminya agar sebaiknya tidak bersikap seperti itu. 

"Tapi bukannya pengertian yang didapat, dia malam marah-marah. Ribut lagi yang terjadi," tuturnya. 

Tidak sampai di situ, kekerasan secara psikis itu juga beberapa kali ia rasakan akibat dari ulah ucapan suaminya yang tidak bisa dikontrol. 

"Kalau siang, dia suka cerita ke tetangga-tetangga kalau saya itu cerewet, jelek, pemarah dan lain sebagainya. Tapi kalau malam dia maunya tidur bareng."

"Saya pernah negur, kamu tuh ga malu tah aib istri sendiri diumbar seperti itu ke orang-orang, tapi kalau malam maunya tidur bareng aja," ucapnya. 

Sampai saat ini, Kholiyah masih menjadi tumbuhan perekonomian keluarganya, meskipun posisinya sedang dalam tahanan.

Dari mulai biaya proses pemakaman sampai tahlilan tujuh hari semua biayanya ia yang menanggung. 

"Karena saya tidak merasa membunuh suami, saya hanya ingin membela diri," tutupnya. (Kontributor Banten/Luthfillah)

Tags:
Kholiyahkasus kekerasan rumah tangga di serangkasus Kholiyah korban kekerasa rumah tanggapengakuan Kholiyah terkait kekerasan rumah tanggakekerasa dalam rumah tanggakdrt di serangkasus kdrt berujung tewas suami di serang

Administrator

Reporter

Administrator

Editor