KEGIATAN vaksinasi kini ada di mana-mana. Tapi di Kecamatan Tobadak, Mamuju Tengah (Sulbar) yang “divaksin” hanya Ny. Farida, 26, oleh tetangga sendiri pula, Muradi, 35. Suami Farida yang pulang cepat karena meriang, memergoki adegan mesum itu. Dia lapor polisi karena Farida-Muradi kabur!
Ada pengamat politik, ada pula pengamat hukum dan pengamat sosial. Di era milenial kini muncul pengamat bini tetangga, yang kerjanya membahas tetangganya yang cantik mempesona. Jika hanya jadi pengamat tanpa kemudian berburu nikmat, itu masih aman-aman saja. Yang sering terjadi, dari mengamati kemudian menikmati sampai kemudian terbongkar oleh suami atau istri sendiri.
Muradi, orang Jawa yang merantau ke Sulbar, ternyata salah satu pengamat bini tetangga yang handal. Tanpa survei, tanpa analisa ilmiah, dia berani mematikan bahwa Ny. Farida bini Hasnan, 30, tetangganya, adalah wanita yang enak digoyang dan perlu. Jika ada margin eror paling-paling 2 persen. Celakanya, selain jadi pengamat Muradi ikut jadi praktisinya pula.
Kebetulan tetangga dia di kampung Tobadak, adalah pasangan muda Hasnan – Farida, yang belum punya anak. Istrinya cukup cantik di kelasnya. Sayangnya, sudah menikah 4 tahun belum juga punya momongan. Maka Muradi dalam hatinya bilang, “Saya kalau dimintai tolong juga siap membantu, dijamin dalam tempo 5 bulan langsung hamil...”
Penampilan sehari-hari Ny. Farida memang sangat menggoda, menggamit rasa merangsang pandang. Sayangnya, oleh Hasnan suaminya bini secantik itu hanya dipandang melulu, tanpa dirangsang. Maka setan pun langsung jadi provokator, “Sudahlah Bleh, kalau ada minat langsung saja disikat. Aku selalu di belakangmu.”
Setan siap di belakangnya, bukan berarti dia akan menyaksikan ketika Muradi berbuat mesum dengan Farida. Sebab setan makhluk halus, sehingga menyaksikan pun tak mungkin dia akan ikut ambil bagian. Di sinilah keadilan Tuhan. Jika setan-setan juga tertarik pada manusia cantik dan ganteng, dijamin manusia nggak kebagian!
Atas dorongan moril setan yang maha ngawur atas segala ucapannya, diam-diam Muradi mulai mendekati bini Hasnan ini. Peluangnya sangat besar, sebab sehari-hari Farida tinggal di rumah sendirian dari pukul 07:00 hingga pukul 16:00. Maka sekitar pukul 10:00-an mulailah lobi-lobi politik itu digelar. Awalnya sekedar ngobrol ngalor ngidul antar tetangga, tapi setelah akrab mulai hal-hal prinsipil dan nyempil.
Ternyata Farida orangnya wilkam dan gampang dijawil. Ketika situasi sangat kondusif, Muradi berhasil masuk ranjang Farida, dan bini Hasnan ini kena “vaksin” pertama non Astrazaneca maupun Sinovac. Efeknya tanpa panas dingin atau ngantuk, biasa-biasa saja. Maka Farida pun jadi ketagihan dengan harapan siapa tahu debut Muradi ini bikin dirinya langsung hamil.
Sejak itu asal situasinya mantap terkendali, pastilah Farida-Muradi mathine show alias main siang. Cuma mereka lupa bahwa betapapun enaknya itu duren, pastilah bakal kecium juga baunya. Dan itu benar-benar terjadi ketika Hasnan pulang lebih cepat karena badan meriang, semoga saja bukan gejala Covid-19.
Waktu menunjuk pukul 14:00 WITA. Di teras rumah nampak anak-anak tetangga pada main game, sedang rumah pintu dikunci dari dalam. Karena diketuk-ketuk tak juga dibuka, Hasnan lalu mengintip kamarnya. Buju buneng, nun jauh di sana.....tampaklah istrinya dan sang tetangga sedang bergulat antara hidup dan mati. “Gile, anak-anak pada main game, kalian malah bikin anak!”
Dinding itu pun digedor-gedor, karena mau masuk tidak bisa. Sementara Farida-Muradi lalu kabur, Hasnan pun langsung lapor Pak RT dan diteruskan ke Polsek Tobadak. Keduanya diperiksa, dengan ancaman pidana. Meski hanya dipenjara beberapa bulan nantinya, Hasnan sudah tak sudi melanjutkan rumahtangganya bersama Farida. Dia kadung trauma, jangan-jangan nantinya istri hamil justru mengandung anak Muradi.
Di mata Farida, Muradi mur-nya memang sangat adi atau indah. (GTS)