Pengawas UPK Badan Air Kecamatan Penjaringan, Nicholas menuturkan, kejadian bermula saat tiga orang anak buahnya sedang piket menjaga rumah Saringan Sampah (rumah jaga), sekitar pukul 22.00 WIB.
Di depan Rumah Saringan terlihat sekitar 4 pria sedang mabuk. Kemudian salah satu pria mabuk masuk ke dalam Rumah Jaga lalu muntah-muntah dan membuat keonaran.
Meski begitu, petugas UPK Badan Air tidak merespon ocehan para pria mabuk tersebut. Lalu petugas UPK menghubungi Nicholas agar dapat menenangkan para pria mabuk yang tingkahnya semakin tak terkendali.
Setelah Nicholas datang, ia coba menenangkan pemabuk tersebut, namun usahanya sia-sia.
"Udah langsung diserang, inisal E (Petugas UPK) kepalanya sobek dipukul pakai pecahan genteng. Saya juga dipukul pakai kayu," jelas Nicholas.
Setelah kejadian tersebut, Polisi yang menerima laporan adanya keributan, kemudian datang untuk mengamankan lokasi.
Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit untuk menjalani perawatan karena luka sobek di kepala akibat dihantam pecahan genteng.
Namun, tak disangka keributan bukannya berakhir sampai disitu. Sekira Pukul 05.30 pagi, tepatnya tanggal 14 Mei 2021, warga yang berjumlah puluhan orang berkumpul dan menyerang serta melakukan pengerusakan Rumah Jaga secara membabibuta.
"Sekitar 30 sampai 40 orang lah datang nyerang lagi," katanya.
Akibat penyerangan tersebut, enam orang petugas UPK Badan Air yang mengalami luka-luka akibat penyerangan disusul dengan penganiayaan itu.
"Dua kena bacok di kepala, satu kena tusuk diperut, dan satu menyeburkan diri ke waduk Pluit menyelamatkan diri," terangnya.
Sedangkan bangunan Rumah Jaga dirusak, sehingga kaca-kaca jendela pecah dan properti lain di dalamnya hancur.
