Pengamat politik Exposit Strategic, Arif Susanto. (ist)

Nasional

Pengamat Politk: Adanya Influencer Buzzer Bikin Polarisasi Kian Kentara di Tengah Masyarakat

Minggu 14 Feb 2021, 22:35 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pubik sontak dihebohkan dengan beredarnya foto sejumlah pegiat media sosial (medsos) bersama Presiden Joko Widodo.

Dalam foto yang beredar tersebut, pegiat medsos yang ikut berfoto bareng dengan Jokowi di antaranya Permadi Arya alias Abu Janda, Denny Siregar hingga Eko Kuntadhi.

"Keterlibatan mereka (Abu Janda dan Denny Siregar, red) bagian dari influencer buzzer itu memang fakta kok. Tapi, yang keliru dari kita adalah polarisasi politik ini terus menerus dibangun. Seolah-olah pemilu itu berlangsung lima," kata Pengamat politik Exposit Strategic, Arif Susanto saat dihubungi, Minggu (14/2/2021).

Baca juga: Pengamat: Buzzer Politik Menciptakan Pendapat Umum Palsu, Pengaruhi Opini Publik

Arif mengatakan, bahwa pemilu sudah berlalu, seharusya  Jokowi adalah Presiden Republik Indonesia.

"Bukannya Presiennya Golkar, Presidennya PDIP. Mestinya polarisasi di masyarakat sudah selesai," tegasnya.

Pertanyanya, bagimana jika di masyarakat masih terjadi polarisasi?

"Mungkin! Tapi, polarisasinya berbasis kebijakan. Contoh, mungkin anda setuju dengan strategi Covid-nya pemerintah. Saya nggak! Itu mestinya yang dibangun hari ini. Saya misalnya tak setuju strategi pemerintah menangani Covid-19, tapi saya setuju dengan pemerintah membangun jalan tol," ucap dosen komunikasi politik Universitas Paramadina  ini.

Baca juga: Kasus Rasisme, Krimonologi : Ekspresi Kebencian dan Rasisme Tidak Bisa Dipandang Dinamika Psikologis Pada Diri Si BuzzeRp

Kondisi sekarang ini, papar Arif,  siapa yang menolak Presiden Jokowi, apa saja kebijakannya 'diserang,'  sebaliknya juga demikian. Jika saja, dirinya memuji Jokowi, maka akan dicap Projo. Sebaliknya jika dirinya mengrikitik Jokowi maka dibilang kampret.

"Seolah-olah polisisi politik cuma dua. Padahal, pemilu sudah selesai," katanya.

Arif mengatakan bahwa Abu Janda dan Denny Siregar adalah pernah menjadi tim sukses dalam Pilpres, meski tidak didaftarkan  ke KPU.

"Semua orang tahulah kalau kedunya bagian dari tim pemenangan. Tapi buka tim resmi. Pertanyannya, apakah setelah usai Pemilu peran itu masih mereka mainkan?" ucapnya.

Baca juga: KSP Bahas Ajuan Anggaran, DPR Sebut Influencer dan Buzzer Kesannya Kurang Baik

Arif menyebut, kalau Abu Janda pernah  bilang kontraknya sudah selesai. Pertanyannya apakah  mereka masih memainkan peran sebagaimana yang mereka mainkan pada masa Pemilu.

"Berkontribusi (mereka, red) terhadap polarisasi dikalangan masyarakat. Jadi mestinya,  Abu Janda, Denny atau yang lainnya dari kubuh yang bersebarangan itu mestinya berkaca, mereka mendapatkan keuntungan ekonomi dari situasi polarisasi sekarang. Masyarakat terbelah apa untungannya secara ekonomi, kalau harga yang harus kita bayar itu adanya  perpecahan di kalangan masyarakat," tegas Arif.

Jika memang demikian, lanjut Arif, maka  siakap itu bodoh sekaligus picik. Sebab, sekarang  ini, sebaiknya,kalau ada polarisasi itu adalah kebijakan buka personnya.

"Ini bukan persoalan saya mencintai atau membenci Jokowi," tegasnya.

"Itulah gunananya politik berporos kebijakan. Bukan figurnya. Pemilih Jokowi pun berkewajiban, seandainya Jokowi memang baik pada masa Pemilu, Maka bagimana menjaga  Jokowi tetap baik dalam lima tahun ke depan," kata Arif.

Arif tak yakin  ada disinyalir kalau Abu Janda kebal hukum karena dekat Istana.

"Saya kita nggak ya. Karena proses (hukum, red)nya kan belum selesai. Berbedah misalanya, jika bukti-bukti dia dinyatakan bersalah, tapi kemudian dia lolos dari pidanaan. Itu bisa kita menyebutkanya kebal hukum," katanya. (rizal/tha)

Tags:
Pengamat Politikadanya-influencer-buzzerbuzzerpolarisas-kian-kentarapolarisasi

Reporter

Administrator

Editor