TAHUN telah berganti. Kita mulai menapaki tahun 2021. Tentu semua berharap tahun ini kehidupan akan lebih baik, lebih makmur, lebih sejahtera.
Situasi lebih nyaman tanpa hiruk pikuk karena perseteruan, perselisihan, pergesekan akibat kesalah pahaman. Tak ada lagi upaya atau pun mencoba - coba memperbesar kontroversi tiada henti.
Kalau pun terdapat perbedaan pendapat, itu dinamika demokrasi. Beda pendapat bukan dikebiri, tetapi harus kita hargai sebagaimana terurai secara jelas dalam simbol negeri kita "Bhinneka Tunggal Ika".
Yang tidak dibenarkan jika perbedaan sengaja diciptakan untuk merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk memecah belah persatuan dan kesatuan, mengaburkan makna toleransi dan kebersamaan.
Ya, kebersamaan memecahkan masalah sangat dibutuhkan, bukan kebersamaan yang menimbulkan masalah.
Kita meyakini seberat apa pun masalah dapat diatasi, jika ada kebersamaan.
Begitu pun pandemi Covid-19 dapat kita atasi secara bersama - sama sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutannya di penghujung tahun 2020.
Karena bersama - sama pula Jokowi optimis tahun 2021 akan menjadi catatan sejarah sebagai tahun pemulihan kehidupan masyarakat. Terutama dalam menghadapi krisis yang telah terjadi di tahun 2020.
Tentu optimisme harus didukung dengan komitmen tinggi dan kedisiplinan yang kuat.
Tanpa disiplin yang kuat dalam menerapkan protokol kesehatan 3M, upaya memutus mata rantai penularan virus corona, menjadi terkendala.
Abai terhadap protokol kesehatan (prokes), cermin belum adanya komitmen mengatasi pandemi.
Optimisme juga harus diikuti langkah nyata dengan menciptakan kreasi dan inovasi baru guna memulihkan kehidupan masyarakat baik sosial ekonomi, sosial budaya maupun sosial kemasyarakatan.
Langkah nyata ini perlu keteladanan para pemimpin, pejabat di semua tingkatan. Tak kalah pentingnya keterlibatan tokoh masyarakat.
Semoga tahun ini sebagai tahun pemulihan kehidupan masyarakat terwujud, menjadi kenyataan. (*).