SEBAGAI kaum marjinal, kelompok Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) perlahan mulai berani memamerkan komunitasnya ke publik. Kini, mereka lebih enjoy kongkow dengan sporadis, meski masih terkesan ‘ngumpet’. Terbukti, terungkapnya pesta seks gay di apartemen Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan pada Jumat (4/9/2020) lalu.
Kebanyakan pria ini berusia antara 20-35 tahun datang dari berbagai kawasan dan daerah di tanah air. Bahkan ada yang berasal dari luar negeri. Mereka datang atas undangan penyelenggara. Tema acara dibuat sedemikian rupa dengan tajuk, ‘Kumpul Kumpul Pemuda Rayakan Kemerdekaan'. Pesta seks digelar komunitas gay ‘Hot Space’ yang melibatkan banyak orang dan dikelola profesional. Acaranya tersusun dan terencana.
Mulai dari undangan, pertunjukan dan game permainan, semua tertata rapi. Peserta hanya tinggal mengikuti acara demi acara setelah membayar biaya registrasi antara Rp150.000 per orang dan Rp300.000 untuk tiga orang. Artinya pengelola sudah berperan sebagai mucikari.
Kasus pesta seks sejenis bukan kali ini saja terungkap. Sebelumnya polisi menggerebek acara serupa di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 22 Mei 2017 silam. Kemudian pada Minggu (30/9/2018) di kawasan Sunter Agung, Jakarta Utara. Rentetan kejadian tersebut memberi warning, kita harus waspada. Dituntut kepedulian dengan keluarga dan lingkungan.
Tetap memantau keluarga, terutama anak agar tidak salah jalan. Bimbingan orangtua diperlukan, supaya anak tidak menyimpang. Awasi pergaulan jangan sampai terkontaminasi dengan hal-hal negatif. Tanamkan nilai-nilai agama dan budaya pada diri anak dan keluarga. Orientasi seks seorang anak muda yang beralih kepada sesama jenis adalah konsekuensi dari gagalnya orang tua dalam mendidik.
Pendidikan yang salah di dalam keluarga membuat seorang anak bertumbuh dengan pemahaman ke jalan tak benar. Tanamkan kepada anak sedini mungkin, pernikahan adalah relasi lawan jenis, antara ayah dan ibu. Jelaskan, anak adalah buah cinta antara ayah dan ibu. Ketika anak sudah masuk usia remaja ajarkan, seks itu adalah sesuatu kenikmatan, tapi sudah terikat dalam pernikahan.
Perlakukan anak sesuai gender. Biarkan anak laki-laki tumbuh sebagai seorang pria. Terakhir, ciptakan suasana rumah rukun dan harmonis. Jika di dalam rumah anak menemukan orang tuanya hidup harmonis, dia akan bertumbuh mengikuti pola hidup yang diajarkan bapak dan ibunya.**
Opini
Ketika Anak Tersesat LGBT
Senin 07 Sep 2020, 10:00 WIB