RIRIN (28) menyesal menikah tanpa restu orangtua. Sebab ketika usaha Dirman (33) bangkrut, orangtuanya bukan menambahi modal, tapi malah mendorong untuk bercerai. Dalam kondisi miskin gara-gara Corona, Ririn terpaksa mengikuti saran orangtua, bercerai dari Dirman meski sudah punya satu anak.
Nyalon Kepala Daerah saja harus ada restu ketum parpol pendukung. Apa lagi nyalon pengantin, harus ada restu pula dari orangtua kedua belah pihak. Jika tidak, alamat rumahtangga tidak berkah, ada saja hambatanny sehingga rejeki tidak lancar, apa lagi ke belakang. Dan percayalah, ketika perkawinan itu direstui orangtua, jika ada masalah pasti akan segera membantu.
Lima tahun lalu Ririn menikah dengan Dirman, teman kuliahnya di PTS Surabaya. Sebetulnya orangtua tak setuju, di samping pekerjaan si calon mantu belum jelas, status calon besan juga tak seimbang. Keluarga Ririn dari kalangan berada, sedangkan keluarga Dirman dari kalangan biasa. Meski tinggal di perumahan, tapi jatuh di paling ujung.
Karena tak direstui orangtua, mestinya Ririn tak melanjutkan hubungannya dengan Dirman. Tapi kala itu nekad, sehingga perkawinan itu diselenggarakan secarta climen (sederhana), bukan di gedung tapi di rumah sendiri. Begitu selesai hajatan Ririn jug diusir dari rumah, disuruh ngontrak rumah sendiri.
Cari kerja susah keluarga baru itu lalu wiraswasta. Alhamdulillah usahanya berkembang. Tapi gara-gara Covid-19 usaha Dirman bangkrut. Karena dulu perkawian tanpa restu orangtua, Ririn tak minta bantuan keluarga, dan orangtua yang tak suka sama menantunya juga berlagak pilon saja.
Tapi dilihat keseharian, grafik ekonomi Ririn-Dirman terus menurun. Orangtua mulai cemas, anak dan cucunya jadi ngebelangsak. Maka Ririn disarankan bercerai saja. Awalnya tidak mau, kasihan anaknya akan menjadi kehilangan kasih sayang ayah. Tapi untuk bertahan dalam kemiskinan Ririn tak kuat juga, sehingga akhirnya gugatan cerai diajukan ke Pengadilan Agama Surabaya.
Makanya, restu orangtua lebih penting ketimbang restu Ketum parpol. (JPNN/Gunarso TS)