Sental-Sentil

Bahasa Prokem Sampai Rempong

Rabu 02 Sep 2020, 09:45 WIB

BAHASA gaul selalu saja muncul dari generasi ke generasi lain pada zamannya. Yang paling popular di zaman tahun tujuhpuluhan, misalnya. Ada yang disebut bahasa preman atau prokem.

Seniman, pengarang di zaman itu Teguh Esha, lewat novelnya Ali Topan , sang tokoh selalu menyelipkan kata prokemnya yang unik. Bahkan Teguh membuat kamus prokem. Jadi lengkaplah. “Wah, gawat nih, temen ogut nyimeng ditangkap pelokis!” Di situ ada kata, ogut yang artinya saya atau gue, nyimeng artinya mengisap ganja, pelokis adalah petugas polisi.

Banyak lagi diantaranya, gokil, nyokap, berokap,prokem, gara siba, mokat, ogut, bokis dst. Jadi generasi muda pada zaman tu,kalau ngomong nggak diselipin bahasa prokm, boleh dikata ketinggalan zaman? Nggak sampai di situ, bahasa gaul lahir terus dari zaman ke zaman, sekitar tahun 90 an, di kalangan selibritis, lahirlah bahasa ngerumpi, rempong, ember, dsb. Lalau di zaman now, zaman milenial, pun bahasa gaul di kalangan muda bermunculan.

Ada baper,bucin, alay,dan terakhir ‘anjay’ yang menuai masalah, karena kata yang berarti ( maaf ) ‘anjing’ itu sudah diucapkan oleh anak-anak, yang dianggap nggak pantas. Begitu. Bahkan, kini selain ramai dibicarakan, hukum pun bakalan ikut campur tangan.

Bahasa adalah kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Bisa diucapkan dengan lisan. Oleh sebab itu, bahasa yang disampaikan juga baik dan bisa dimengerti. Kalau mau bicara soal bahasa, di Indonesia saja banyak banget. Selain bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan, ada bahasa daerah.

Dan bahasa di negeri ini terus berkembang seiring perjalanan zaman, yakni tadi selain masuknya bahasa asing , juga bahasa gaul yang tercipta begitu saja dalam pergaulan anak muda. Oke deh, bahasa dengan gaya apapun, yang penting nggak jorok, menjijikan, yang diumbar tidak pada tempatnya. Nggak sopan, tahu! (massoes)

Tags:
Sental-Sentil

Guruh Nara Persada

Reporter

Administrator

Editor