Oleh Harmoko
"Ing madya mbangun karso". Kalimat ini sangat dikenal sebagai ajaran luhur yang diwariskan pahlawan kita, Ki Hadjar Dewantara.
Ajaran ini bukan hanya ditujukan kepada para pendidik sebagaimana latar belakang Ki Hadjar Dewantoro sebagai tokoh pendidikan nasional, juga kepada mereka yang berdiri di depan, yakni pemimpin atau pejabat di tingkat mana pun.Termasuk kita semua adalah seorang pemimpin, setidaknya sebagai kepala keluarga.
Kata “Ing Madyo Mbangun Karso” dapat diartikan, jika kita sebagai pemimpin hendaknya harus bisa berada di tengah-tengah rakyat yang dipimpinnya. Untuk apa? Jawabnya tak lain untuk memberi motivasi dan membangkitkan semangat agar anak buahnya terus maju, makin berkarya, kian berkreasi berinovasi.
Itulah kemudian sering kita kenal tipe kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara yang lengkapnya Ing Ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh) Ing Madya mbangun karso dan Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).
Ajaran ini sejatinya tidak hanya berlaku bagi para pendidik dan pemimpin, tetapi bisa berlaku untuk setiap orang. Mengapa? Setiap orang itu harus nenjadi pemimpin, artinya di mana pun berada harus menjadi pemimpin. Paling tidak bagi dirinya sendiri.
Artinya setiap orang siapa pun dia, apa pun pangkat dan jabatannya, status sosial ekonominya harus selalu tampil memberikan contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya. Bukan memberi contoh buruk, apalagi mengajarkan keburukan.
Jika berada di tengah lingkungan masyarakat, tampil memberi semangat untuk maju, demi kebaikan bersama. Bukan malah memecah belah, menyebarkan isu dan fitnah, bukan pula memggoreng berita hoax.
Kalau berada di belakang, perlu memberi dorongan, agar yang di depan, dan di tengah, kian maju, berpacu, dan berkembang.
Di belakang bukan lantas berpangku tangan, masa bodoh terhadap lingkungan sekitar, membiarkan meski lingkungan sekitar sedang memerlukan uluran tangan.
Bukan bersikap masa bodoh dengan lingkungan sekitar yang sedang terkena musibah dan bencana, misalnya. Bukan pula masa bodoh terhadap tetangga yang sedang kesusahan, lebih - lebih yang kelaparan.
Sikap semacam ini tentu jauh dari harapan para leluhur, para pendiri negeri sebagaimana telah dijabarkan dalam butir- butir falsafah bangsa kita.
Dalam era kekinian, sikap dan perilaku seperti diajarkan Ki Hadjar Dewantara, semakin relevan.
Memberi motivasi dan semangat untuk maju kepada lingkungan sekitar, di mana kita berada, kian dibutuhkan.
Memberi motivasi agar kita keluar dari problema yang kita hadapi, sangat diharapkan. Lebih - lebih di tengah sulitnya perekonomian akibat dampak pandemi.
Memang, problema yang dihadapi beragam, beda orang beda pula masalahnya. Beda pula solusinya.
Tetapi kita sadar, tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri. Kadang, karena sentuhan empati orang lain, dapat mengurai masalah yang selama ini membelenggu diri.
Itulah sebabnya motivasi dan semangat terus maju perlu ditumbuhkembangkan oleh siapa saja, kepada siapa saja, dan di mana pun berada. Utamanya di lingkungan sosial yang memang dalam kondisi tersulit.
Mari kita membangun motivasi untuk kemajuan lingkungan sekitar, setidaknya untuk diri sendiri. (*).