JADI bini kedua hanya kawin siri, membuat Heni, 28, hati-hati sekali membawa diri. Makanya ketika suaminya minta “jatah” dia menolak dengan alasan takut diomeli istri pertama. Ternyata Mabukmin, 37, jadi murka, sehingga Heni pun dibacoknya meski sudah melarikan diri ke tengah sawah.
Penganut aliran Puspo Wardoyo (penganjur poligami), hidup selalu optimis dengan moto: banyak istri banyak rejeki. Padahal jika banyak istri tapi kerja malas-malasan, ya tetap saja rejekinya seret. Kecuali istri-istri ini memang sudah punya pekerjaan atau usaha sendiri, sehingga suami tugasnya hanya jadi tukang “nyetrom” belaka.
Begitulah gambaran kehidupan Mabukmin, warga Tempuling Indragiri Hilir, Jambi. Pekerjaan hanya jadi buruh pemetik kelapa sawit, tapi hasrat dan libidonya tinggi sekali. Punya bini satu tidak cukup, sehingga dia memerlukan bini dua. Itupun tak diurus sebagaimana mestinya, wujud tanggungjawab seorang suami terhadap istrinya.
Istri keduanya yang bernama Heni ini awalnya tak mau dikawini Mabukmin, sebab dia tahu persis lelaki ini bukan perjaka tingting, tapi sudah sering “tingkrang-tingkring” karena punya istri dan sejumlah anak. Sekali nangkring lahir anak, nangkring lagi kembali si orok hadir ke dunia.
Tapi Mabukmin pintar merayu cewek, sehingga perempuan macam Hani ini akhirnya bertekuk lutut dan berbuka paha juga. Padahal katanya akan dijadikan ratu rumahtangga, tapi tetap saja disuruh kerja sebagai buruh tani. Mending Guruh Sukarnoputra, jadi anggota DPR dan pekerja seni.
Demikianlah, Heni berhasil dipersunting Mabukmin meski hanya dikawin siri. Katanya kawin resminya nanti, jika musim Corona sudah lewat. Di sinilah ketidak-konsistenan Mabukmin, pakai alasan Covid-19 tapi nggak mau jaga jarak. Asal ketemu maunya nempel terus, jaga jarak tinggal 1 Cm antar perut.
Lama-lama kawin sirinya Mabukmin ini ketahuan juga oleh Wasilah, istri pertama. Tentu saja Heni langsung diomeli, meskipun tidak sampai menghajarnya. Tapi bini pertama ini kemudian melarang Heni untuk melayani kebutuhan biologisnya Mabukmin.
“Biar dia sampai mabuk, kamu pakai celdam rangkap lima ya….” Pesan Wasilah yang hanya diiyai saja oleh Heni.
Tapi Heni ini meskipun bukan calon bupati atawa anggota DPRD, tapi cukup amanah dan terpercaya. Artinya konsisten menjaga komitmen. Maka ketika Mabukmin minta jatah saat menggilir dirina, dia menolak melayani dengan alasan takut sama istri pertama.
”Nggak ah, nanti saya diomeli Mbak Wasilah,” kata Heni sambil meraba celdamnya, karena lupa belum dirangkap lima.
Sudah ngebet ditolak terus, menjadikan Mabukmin benar-benar mabuk. Maka dia ambil golok dan dikejarlah Heni. Meski sudah kabur menyelamatkan diri, masih juga dikejar sampai ke tengah sawah.
Saat Heni terjatuh, dibacoklah beberapa kali pada kaki dan tangannya dan gentian Mabukmin yang kabur. Heni dilarikan ke Rumah Sakit, sementara keluarganya melaporkan Mabukmin ke polisi..
Punya bini dua hanya modal bonggol bukan benggol. (Tribun/Gunarso TS)