DALAM situasi krisis saat ini, menjaga jarak sosial sejatinya adalah langkah antisipatif bagi setiap individu yang tidak saja berguna bagi dirinya sendiri, tetapi bermanfaat bagi orang lain, lingkungan sekitar.
Dengan tidak menjaga jarak sosial boleh jadi akan mencelakai diri sendiri, juga orang lain.
Menjaga jarak sosial dapat kita maknai sebagai bentuk kepedulian sosial. Meski berawal dari menjaga diri sendiri, tetapi dampaknya untuk kepentingan bersama.
Justru di saat sekarang ini, di mana penyebaran Covid -19 semakin mengkhawatirkan, kepedulian sosial hendaknya makin dikembangkan.
Di saat seperti sekarang ini, menjadi momen tepat untuk saling peduli dan berbagi empati.
engan mengembangkan sikap peduli kepada diri sendiri untuk senantiasa patuh norma dan etika.
Menjaga kontak langsung dengan orang lain minimal berjarak 2 meter hendaknya kita patuhi bersama. Begitu juga menutup hidung saat bersin, menutup mulut ketika batuk, membuang tisu bekas dahak dan ingus ke sembarang tempat.
Dengan disiplin diri membuang sampah pada tempatnya merupakan bentuk kesadaran diri yang berguna bagi lingkungan sekitar.
Sikap semacam ini patut dibudayakan, karena sebagai bentuk kepatuhan terhadap etika dan norma sosial.
Di saat negeri kita sedang terkena bencana, di saat kondisi darurat bencana Covid - 19, sangat dibutuhkan peran serta semua elemen bangsa.
Kepedulian akan kepentingan bersama merupakan hal yang mendesak untuk kita lakukan. Satu di antaranya dengan menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang sekiranya mengganggu kepentingan bersama.
Peduli sosial dengan mematuhi etika dan norma sosial bisa kita maknai sebagai upaya mencegah penyebaran virus. Ini bentuk menahan diri demi kepentingan umum (sosial).
Kepeduliaan sosial perlu kesadaran, bukan dipaksakan. Di sinilah pentingnya keteladanan mulai dari tokoh masyarakat hingga para pejabat di semua tingkatan.
Ini menjadi penting karena kepeduliaan sosial bukan sebatas wacana dan retorika, tapi aksi nyata.
Bukan sebatas simpati atas kondisi kian mewabahnya virus Corona, tetapi lebih kepada empati.
Sebab, lazimnya, simpati sebatas menyampaikan perhatian, tetapi tidak mengungkapkan kesedihan bersama. Sedangkan empati akan berlanjut pada tindakan membantu terhadap mereka yang sedang membutuhkan uluran tangan.
Empati akan berlanjut kepada tindakan nyata dalam kehidupan sehar- hari, bukan sebatas ungkapan rasa prihatin dan kesedihan.
Tindakan nyata yang kita kehendaki adalah melakukan langkah antisipatif mencegah penyebaran virus Corona, mulai dari diri kita sendiri dengan mematuhi imbauan pemerintah, dan meningkatkan kepeduliaan sosial.
Mari kita wujudkan aksi nyata dengan melakukan langkah antisipatif. (*).