Kopi Pagi

Membangun Empati Sosial

Kamis 26 Mar 2020, 06:35 WIB

Oleh Harmoko

SAAT ini kita diimbau untuk menjaga jarak sosial sebagai upaya mencegah penyebaran Covid -19.

Jarak sosial disebut pula social distance measures adalah upaya preventif bagi diri kita dengan meminimalkan kontak langsung dan menjaga jarak tertentu.

Bentuk social distancing yang dianjurkan di antaranya menjaga kontak langsung dengan orang lain setidaknya 2 meter. Menghindari ruang publik, menunda acara yang mengundang banyak massa dan

lebih sering mencuci tangan dengan sabun setiap kali melakukan kontak fisik terhadap apapun.

Dalam situasi krisis saat ini, menjaga jarak sosial sejatinya adalah langkah antisipatif bagi setiap individu yang tidak saja berguna bagi dirinya sendiri, tetapi bermanfaat bagi orang lain, lingkungan sekitar.

Dengan tidak menjaga jarak sosial boleh jadi akan mencelakakan diri sendiri, juga orang lain. 

Menjaga jarak sosial dapat kita maknai sebagai bentuk kepedulian sosial. Meski berawal dari menjaga diri sendiri, tetapi dampaknya untuk kepentingan bersama.

Justru di saat sekarang ini, di mana penyebaran Covid -19 semakin mengkhawatirkan, kepedulian sosial hendaknya makin ditumbuhkembangkan, dengan mengembangkan sikap peduli kepada diri sendiri untuk senantiasa patuh norma dan etika.

Menjaga kontak langsung dengan orang lain minimal berjarak 2 meter harus dipatuhi. Menutup hidung saat bersin, menutup mulut ketika batuk adalah bentuk kepatuhan terhadap etika dan norma. 

Begitu juga tidak membuang sampah sembarangan, tidak sembarang tempat  membuang tisu bekas pembersih diri, bekas ludah, bekas ingus dan bekas kotoran lain.

Sikap semacam ini patut dibudayakan, tidak saja sebagai bentuk kepatuhan terhadap etika dan  norma sosial, tetapi kepedulian diri sendiri untuk kepentingan sosial.

Di saat negeri kita sedang terkena bencana, di saat kondisi darurat bencana Covid - 19, sangat dibutuhkan peran serta semua elemen bangsa.

Kepedulian akan kepentingan bersama merupakan hal yang  mendesak untuk kita lakukan. Satu di antaranya melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama atau menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu demi kepentingan bersama.

Tidak membuang kotoran di sembarang tempat sebagai upaya mencegah penyebaran virus adalah bentuk menahan diri demi kepentingan bersama.

Inilah sikap peduli sosial yang sangat  dibutuhkan sekarang. Hanya saja, kepedulian sosial tidak bisa dipaksakan karena memang harus muncul atas kesadaran sendiri.

Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan untuk membantu orang lain.

Kepedulian sosial, seperti telaah para ahli, akan muncul dari kepekaan hati untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Sering kita dengar istilah "empati" yang dalam kehidupan sehari - hari diartikan sebagai upaya ikut merasakan derita orang lain seolah - olah derita diri sendiri. 

Berarti ada kemampuan melihat derita orang lain, melibatkan emosi dan kesulitan yang dialami seseorang, kemudian ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Itulah empati.

Dengan empati akan tergerak hati ikut membantu orang lain. Tidak sebatas rasa iba dan kasihan sebagaimana simpati.

Saat sekarang lebih dibutuhkan empati, bukan sebatas simpati atas kondisi kian mewabahnya virus Corona.

Mengapa? Simpati sebatas menyampaikan perhatian, tetapi tidak mengungkapkan kesedihan bersama. Maknanya, jika simpati, lazimnya, hanya berhenti pada rasa iba dan kasihan, tetapi empati akan berlanjut pada tindakan membantu terhadap mereka yang sedang membutuhkan bantuan.

Empati akan berlanjut kepada tindakan nyata dalam kehidupan sehar- hari, bukan sebatas ungkapan rasa prihatin dan kesedihan. Bukan retorika membangun citra, tanpa aksi nyata.

Sementara kita semua tahu, aksi nyata yang dibutuhkan negeri saat ini, bukan retorika. 

Dengan membangun empati sosial dapat menumbuhkan kepedulian sosial di semua lapisan masyarakat.

Hanya saja membangun kepedulian sosial yang berakar dari empati tidak semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan kesabaran dan proses panjang karena diperlukan ketulusan dan keikhlasan. Tumbuh dari dalam hati nurani yang murni.

Lebih - lebih kepedulian sosial yang kita kembangkan adalah kepedulian yang timbul dari hati yang terbuka, sikap suka rela mau berbagi untuk sesama. Bukan karena adanya dorongan  kepentingan tertentu, alasan tertentu, apalagi pertimbangan untung dan rugi.

Itulah sebabnya perlu kiranya menyingkirkan sementara waktu sikap egois, materialistis dan politis.

Mari kita bangun empati sosial untuk meningkatkan kepedulian sosial di tengah situasi krisis seperti ini, di saat negara memang sedang membutuhkan peran aktif semua pihak.

Mari kita peduli kepada orang lain, lingkungan sekitar, setidaknya memulai dengan peduli untuk diri sendiri.

Bung Karno pernah berpesan dalam pidatonya, " Lakukan kebaikan untuk orang lain, bahkan ketika mereka tidak melakukan kebaikan bagi Anda.."  (*)

Tags:
Kopi Pagi

Reporter

Administrator

Editor