Opini

Insentif Sampai Rp15 Juta, Tapi Ameng-Ameng Nyawa

Selasa 24 Mar 2020, 06:35 WIB

KITA tidak sampai “lockdown” tapi ekonomi rakyat banyak yang down. Pekerja sektor informal terganggu rejekinya, karena konsumen cenderung di rumah saja. Itupun korban Corona terus berjatuhan. Pemerintah memberi insentif petugas medis maksimal Rp15 juta. Lumayan besar, tapi tugas mereka ameng-ameng nyawa (bertaruh nyawa).

Sopir angkot, ojek online, PKL, adalah rakyat kecil yang langsung merasakan akibat wabah virus Corona. Mereka kehilangan konsumen, karena penduduk banyak yang memilih tinggal di rumah. Yang paham teknologi digital bisa kerja dari rumah. Itulah anjuran PNPB dan pemerintah untuk melokalisir wabah Covid-19.

Namun demikian grafik penyebaran belum juga menurun. Data Kemenkes sampai sore kemarin mencatat, korban terpapar Corona menjadi 579, meninggal 49 dan sembuh 30 orang. Sedangkan dokter yang meninggal seluruh Indonesia sebanyak 6 orang, perawat 1 orang. Mereka adalah pahlawan kemanusiaan, gugur ketika mencoba menyelamatkan para pasiennya.

Indonesia kini memili 81.000 dokter umum dan spesialis, sementara tenaga perawat berkisar 532.000. Ketika wabah Corona terjadi, tentu tak semua tenaga medis itu dikerahkan untuk melayani para pasien Covid-19. Maka ketika virus Corona terus membuncah, petugas medis yang ditugaskan di sektor ini jelas-jelas ameng-ameng nyawa atau bertaruh nyawa.

Pemerintah sangat menghormati tugas-tugas mereka yang penuh resiko ini. Maka kemarin Presiden Jokowi memutuskan, petugas medis bagi daerah rawan Corona akan diberi insentif berjenjang. Tenaga dokter spesialis Rp15 juta sebulan, dokter umum-gigi Rp10 juta, bidan dan perawat Rp7,5 juta dan tenaga medis lain Rp5 juta.

Dibanding dengan resikonya, mungkin belum memadai. Tapi pemerintah sendiri dalam kondisi defisit APBN, memang harus pontang-panting untuk menyediakan anggaran petugas medis ini sampai Rp 6 triliun. Belum lagi untuk impor obat-obatan dan pembangunan rumahsakit darurat.

Semoga badai Corona segera berlalu, dan ketegasan Presiden Jokowi yang tak akan memberlakukan “lockdown” di pusaran Corona ini bukan langkah keliru. (gunarso ts)

Tags:
coronacovid-19

Reporter

Administrator

Editor