Duta besar Belanda, Lambert Grijns, menandatangani lembar kenangan di GPIB Zebaoth. (yopi)

Bogor

Kunjungi Gereja GPIB Zebaoth Bogor, Dubes Belanda Bernostalgia

Sabtu 15 Feb 2020, 12:54 WIB

BOGOR – Duta besar Belanda, Lambert Grijns berkunjung ke gereja GPIB Zebaoth Bogor Jumat (14/2/2020).

Saat tiba di gereja yang pada tanggal 30 Januari 2020 kemarin genap berusia 100 tahun, Lambert Grijns merasa senang. Pasalnya, gereja peninggalan Belanda yang dulu bernama Wilhelmina Kerk ini, merupakan tempat ia beribadah 50 tahun yang lalu. 

Lambert Grijns, Duta Besar Belanda disambut Ketua Majelis Jemaat  (KMJ), Pendeta Omik Kaharudin, Pendeta CH Wuwungan, Pendeta Liat Sihotang dan pelaksana harian majelis jemaat (PHMJ) dan Ketua panitia 1 abad gedung gereja Zebaoth.

Lambert mengaku, dirinya merasa senang. Kota Bogor menurutnya merupakan kota yang menyenangkan. 
“Saya pernah tinggal di Kota Bogor. Sebelum berganti nama ke GPIB Zebaoth, gereja ini dulu bernama Wilhelmina Kerk. Saya senang dan bangga bisa ke sini lagi,” katanya. 

Pada kesempatan ini, Lambert juga menerima foto kenangan bergambar GPIB Zebaoth yang diserahkan Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pendeta Paulus K Rumambi. 

Dubes Lambert tiba di gereja yang berada dalam komplek Istana Bogor ini dengan menaiki mobil BMW ber plat nomor Consul Diplomat (CD) 60-01. Lambert juga berswafoto sesaat turun dari mobil. Bahkan guna merekam kenangan ini, Lambert meminta ajudannya untuk mengabadikan setiap moment yang ia lakukan selama dalam kunjungannya. 

Lambert yang lahir di Bogor tahun 1962, dan pernah bekerja di Bandung terlihat sangat bahagia, saat ia berkeliling gedung dan masuk di ruang Pastori serta ruang ibadah anak-anak.
Baginya, ruang pastori ini merupakan ruangan dimana 50 tahun lalu, ia melaksanakan Sondahk Scull atau ibadah minggu pelayanan anak.

“Dubes Lambert juga mendapat buku 100 tahun Zebaoth. Buku yang berisi tentang sejarah gereja ini, diserahkan Pendeta Marlene Joseph, Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB. Gereja ini sangat berkesan. Pastori ini banyak kenangan,” ujarnya. 

Usai berkeliling gereja, Lambert di jamu makan siang di gedung serba guna (GSG) 2 lantai 1. “Saya suka menu tradisional ala Bogor,” ujarnya.

Gereja tidak menyia-nyiakan moment penting ini. Panitia pelaksana, Dr. Lenny Syafei merangkai acara dengan penandatanganan lembar kenangan yang dilakukan Lambert Grijns. 

Gereja Zebaoth kerap disebut gereja ayam, karena di atas gereja, ada ayam. Gereja ini dibangun pada 1920 masa kepemimpinan Gubernur Hindia Belanda Mr. J. P Graaf Van Limburg Stirum.
Dulunya gereja ini hanya dipakai oleh warga asing dari Inggris, Prancis, Jerman dan lain-lain termasuk Belanda untuk beribadah.  
Untuk warga pribumi, ibadahnya di kantor Pos dan Giro yang letaknya tidak jauh dari Zebaoth.
Pada era kemerdekaan usai proklamasi 1945, pemerintah Belanda menyerahkan gedung ini ke pemerintah Republik Indonesia yang saat itu dipimpin presiden Soekarno.
 Oleh presiden Soekarno telah lebih dulu menyerahkan bangunan ini ke Sinode. Dalam perjalanannya, Zebaoth menjadi tempat ibadah jemaat berasal dari berbagai suku yang ada di Indonesia. 
Ketua panitia 100 tahun gedung gereja Zebaoth, Daud Darenoh menambahkan,  Dubes Lambert berpesan,  agar gereja meningkatkan pelayanan. 
Lambert menuturkan,  dirinya akan melapor ke Ratu dan raja Belanda yang akan berkunjung ke Indonesia pada bulan Maret nanti. 
"Saya akan cerita ke ratu dan raja Belanda yang akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia bulan Maret. Saya pesan, gereja betul-betul di fungsikan untuk pelayanan," kata Daud mengutip Lambert. (yopi/mb)

Tags:

Reporter

Administrator

Editor