MEGAPOLITAN

Kawasan Strategis Jakarta Selatan Dikuasai Ojek Online

Jumat 04 Okt 2019, 17:41 WIB

JAKARTA  – Kaawasan-kawaasan strategis di Jakarta Selatan bisa dikatakan dikuasai oleh  ojek online (ojol). Sebab, di kawasan-kawasan tersebut demikian  banyak ojol, kian hari makin membludak,  hingga tidak terakomodirnya. Belakangan, membludaknya  ojek online memicu beragam masalah, mulai dari okupasi area pedesterian, kemacetan hingga beragam masalah lainnya. Hal itu pu pun mendapat perhatian Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah Matali. Untuk menyelesaikan persoalan ini perlu adanya sinergi dan duduk bareng antara pemangku kepentingan untujk mencari solusi. Sebab, transportasi online diibaratkannya sebagai mata uang logam yang memiliki kedua sisi yang berbeda. “Pada satu sisi, transportasi online, termasuk ojek online diakuinya memberikan banyak hal positif dalam menanggulangi masalah pengangguran. Makanya untuk mengatasi persoalan ini perlu adanya duduk bareng pemangku kepentingan demi menyelesaikan persoalan ini,” terang Wali Kota  Marullah Matali. Diungkapkan oleh orang nomor satu di Jakarta Selatan, permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri, tetapi harus ada komitmen bersama dalam menata transportasi online.  Meski begitu, dirinya mengakui jika keputusan para pengemudi ojek online untuk mangkal di pinggir jalan atau di atas trotoar memang tidak nyaman. Akan tetapi, tidak adanya shelter ataupun ruang tunggu di sejumlah kawasan strategis menyebabkan masalah terus berulang. "Munculnya transportasi online ini pasti ada negatifnya, masih banyak yang parkir di sembarang tempat. Para pengojek mengaku juga tidak nyaman mangkal di situ makanya perlu duduk bersama," ungkapnya. Menurutnya, bukan hanya sejumlah kawasan strategis seperti stasiun Kereta Api (KA), stasiun Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT), terminal, pasar modern dan swalayan. Perkantoran dan sejumlah kawasan sekitar halte bus Transjakarta juga kerap menjadi sasaran pangkalan liar ojek online sehingga tak jarang menimbulkan kemacetan. Seperti di Jalur Transjakarta Koridor 13 Ciledug-Tendean. Ojol ini mangkal di sekitar titik turun 15 halte yang terhampar mulai dari Jalan HOS Tjokroaminoto, Jalan Ciledug Raya, Jalan Kebayoran Lama, Jalan Kyai Maja, Jalan Sisingamaraja, Jalan Trunojoyo, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan Kapten Tendean itu. "Mereka biasanya tunggu di bawah, sekitar tangga turun halte. Mereka mangkal dan bergerombol sehingga hambat lalu lintas. Solusi jangka pendek usir atau gebah, solusi jangka panjang harus dipikir bersama," tambahnya. Meski begitu, Marullah mengaku pihaknya terus berupaya dan meminta Satpol PP dan Sudin Perhubungan untuk menempatkan dan mengusir ojol, tapi itu tidak menjadi solusi. Sebab, para pengemudi ojek online akan kembali mangkal ketika petugas tidak hadir di lokasi. Untuk itu kedepan pihaknya berencana akan mengundang pihak terkait, seperti MRT, KAI, Transjakarta serta pihak Gojek dan Grab selaku penyedia jasa transportasi online untuk duduk bareng dan sama-sama mencari solusi terbaik. "Sekarang bentuknya masih represif, untuk solusi jangka pendek. Tetapi ke depan harus ada rencana lain, harus diselesaikan bersama. Sebab jika tidak jumlah ojek onlin ini terus bertambah makanya perlu adanya solusi secapatnya," tutupnya. Pantauan di sejumlah lokasi di Jakarta Selatan terutama kawasan stategis masih menjadi lokasi pangkalan ojek online. Ini terjadi pasca meledak hingga digandrunginya transportasi online beberapa tahun belakangan, keberadaan pengendara ojek online. Meski jumlah mereka terus bertambah terutama di Jakart, namunhingga saat ini, belum ada solusi terkait penataan transportasi online, baik dari sisi pemerintah maupun pihak pengelola. Keberadaan pengemudi online, baik ojek maupun taksi online dapat dengan mudah terlihat dari balik aplikasi Grab ataupun Gojek.  (wandi/win)

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor