CILEGON – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menggelar simulasi Pra Latihan Geladi Posko atau Command Post Exercise (CPX) dan Geladi Lapang atau Field Training Exercise (FTX) di kawasan industri KIEC Cilegon, Rabu (31/10/2018). Simulasi digelar sebagai rangkaian perhelatan Asean Regional Disaster Emergency Respons Simulation Exercise (ARDEX) 2018. "Tujuan dalam pra latihan ini untuk mengetahui kesiapan dari personel, yaitu pelaku, pengendali, perencana, pengawas latihan. Juga mengecek kesiapan sarana, komunikasi dan perlengkapan, juga mengecek dinamika latihan tadi," ungkap Bagus Cahyono, Wakil Direktur Latihan BNPB untuk Latihan CPX dan FTX kepada wartawan. Dalam simulasi digambarkan dengan kepanikan warga di Kota Cilegon, setelah mengetahui bawah sejumlah pabrik industri kimia di sekitar tempat tinggal mereka meledak. Ledakan pabrik kimia terjadi setelah adanya gempa bumi yang mengguncang Provinsi Banten, disusul bencana tsunami yang meluluhlantahkan pabrik tersebut. Adanya cairan kimia, gas beracun dan material berbahaya yang diketahui berasal dari dalam pabrik semakin membuat panik warga yang langsung berusaha menyelamatkan diri. Minimnya peralatan dan jumlah SDM di perusahaan yang sudah berupaya menanggulangi hal itu kandas, sehingga bahan berbahaya itu masuk ke pemukiman warga. Puluhan warga mengalami keracunan yang diduga akibat telah menghirup gas yang telah menyebar hampir di seluruh pelosok pemukiman. Seluruh perangkat penyelamatan daerah yang langsung terjun ke lokasi kejadian pun tak mampu mengatasi kondisi tersebut, terlebih mengingat banyaknya korban warga yang berjatuhan. Dalam skenario pra latihan itu dikatakan, kendati sudah berupaya maksimal, namun perangkat unit penyelamatan daerah di tingkat Kota, Provinsi dan tingkat pusat tidak mampu mengatasi bencana kimia tersebut sehingga akhirnya meminta bantuan kepada negara-negara tetangga yang berada di lingkup ASEAN. "Ini pada kondisi negara kita meminta bantuan dari negara lain. Kita berlatih, karena di negara ASEAN ini ada protokol bagaimana melakukan respon bencana yang ada di kawasan ASEAN, nah itu kita praktikkan di sini," ujarnya. Menurut Bagus, mengatasi bahaya bencana bahan kimia beracun tidak semua negara ASEAN memiliki kemampuan mengatasi. Oleh karenanya, nanti akan dilihat negara yang siap, negara di samping kita ya, apakah Singapura atau yang lain. "Jadi kita tidak melihat negara mana yang jaraknya lebih dekat, tapi negara yang lebih siap membantu bencana kimia seperti ini. Bagi negara yang belum siap, dia juga bisa kirim bantuan medisnya. Tapi tugasnya memperkuat kemampuan kita, bukan menggantikan posisi kita," jelasnya. (haryono/mb)
MEGAPOLITAN
BNPB Gelar Simulasi Bencana Kimia
Rabu 31 Okt 2018, 13:41 WIB