Gaya Hidup

Tahu Kupat Pak Jo Brewok Sukses Taklukan Lidah Pak Harto

Kamis 27 Sep 2018, 14:45 WIB

SOLO  - Tidak salah bila Solo dikenal sebagai kota kuliner. Berbagai makanan khas bertebaran di kota tersebut. Harga murah dengan kualitas menggoyang lidah, menjadikan Solo sebagai kota perburuan pecinta kuliner. Salah satunya ‘Tahu Kupat ‘Sari’ Pak Jo Brewok’ yang terletak di Jalan RM Said, Solo, Jawa Tengah. Di kiosnya yang sederhana berukuran 2x3, Sakijo (68), tampak sibuk menyiapkan beberapa porsi tahu kupat pesanan pelanggan yang telah memenuhi tempatnya berjualan. Meskipun pedagang tahu kupat di Solo terbilang banyak, namun racikan tahu kupat pak Sakijo memang terkenal istimewa. Sehingga tidak heran bila dagangannya laris manis. Dengan harga yang relatif ramah di kantong yaitu Rp9 ribu per porsinya,  sejak dibuka pukul 07.00 sampai pukul 17.00, tidak kurang 300 piring kupat laku dijualnya. Bahkan di akhir pekan, total 600 piring bisa terjual. Bukan hanya digemari warga biasa, kenikmatan Tahu Kupat Pak Jo Brewok juga disukai pejabat negara. Di antaranya keluarga Presiden ke-2 RI, Soeharto. Sakijo mengaku, bertahun-tahun telah menjadi langganan keluarga penguasa orde baru tersebut. Ia pun menceritakan awal dirinya berkenalan dengan keluarga Pak Harto pada tahun 1982. Saat itu Pak Harto dan Bu Tien sedang berkunjung ke Solo. Seorang teman Sakijo yang bernama Buyanto kebetulan anggota BIN (Badan Intelejen Negara) diperintahkan untuk mencari tahu kupat. Tanpa pikir panjang, Buyanto pun mencari Sakijo dan membawanya ke Bu Tien. Tak diduga Bu Tien pun merasa cocok dengan racikan tahu kupat Sakijo. “Setelah itu, saya sering dipanggil pak Harto bila ada acara untuk membuat tahu kupat. Bahkan Bu Tien pernah bilang nggak mau makan tahu kupat kalau bukan buatan saya,” ujar bapak empat anak ini. Pada saat peringatan 100 hari kematian bu Tien, Sakijo pun diboyong ke Jakarta untuk menyediakan sekitar tahu kupat untuk para tamu. “Sebanyak 16 gerobak tahu kupat saya kerahkan dan semua resep dari saya,” ungkapnya. Diceritakan Sakijo, apa yang ia raih saat ini memiliki cerita yang cukup panjang. Jatuh bangun ia alami dalam menjalankan usahanya tersebut. Ia memulai berjualan tahu kupat sekitar tahun 1978. Sebelumnya Sakijo merupakan pekerja di pengrajin alumunium di Yogyakarta. Selama tujuh tahun ia bekerja di tempat tersebut. Bosan dengan rutinitas sebagai buruh, Sakijo banting stir sebagai pedagang makanan. Lantaran belum memiliki modal, Sakijo ikut seorang temannya menjual soto. Namun, tidak lama ia pun memilih untuk mandiri. Dengan modal yang ada, Sakijo memutuskan untuk berjualan kupat tahu. “Pertama kali berjualan saya sedikit ragu. Setiap hari saya coba racik bumbu dan saya bagikan ke teman-teman untuk mencicipinya. Setelah yakin, saya pun berkeliling dengan gerobak,” tuturnya. Hampir selama 16 tahun ia mengitari kota Solo untuk menjajakan dagangannya tersebut. Di tahun 1990, Sakijo hijrah ke Jakarta untuk melayani keluarga pak Harto. “Setelah bu Tien wafat saya kembali ke Solo dan membuka kedai sampai sekarang,” kata suami dari Ny. Ruliyah ini. Kini ditemani sang istri dan 3 karyawannya, Sakijo masih dengan tekun melayani setiap pembeli yang hilir mudik ke kedainya. Sekedar informasi, tahu kupat merupakan salah satu makanan khas Solo. Kupat tahu hampir mirip dengan tahu gimbal khas Semarang, sepiring tahu kupat Solo terdiri dari ketupat, tahu goreng, mie kuning, kol, dan tauge. Isian tersebut kemudian diguyur air bawang dan kuah kecap serta ditaburi irisan daun seledri dan bawang goreng. Jika menyukai Anda penggemar pedas, tinggal tambahkan irisan cabe rawit sesuai selera. Hmm.. Jadi penasaran mau coba kan? (guruh/mb)

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor