INDRAMAYU - Di antara sekian banyak ragam kesenian tradisionil yang hingga kini masih eksis di masyarakat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat adalah Seni Sandiwara. Sebuah kesenian rakyat yang menampilkan alur cerita sejarah atau asal usul daerah yang diiringi suara gamelan para nayaga. Sebagian Grup Sandiwara masih eksis, karena mampu dipertahankan masyarakat. Tapi sebagian lainnya mengalami nasib tragis; bubar atau mati karena tidak mampu bertahan. Salah satu Grup Sandiwara yang masih bertahan hingga sekarang adalah Grup Sandiwara Lingga Buana dari Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Pada Senin (24/9/18) Grup Sandiwara Lingga Buana ini tampil menghibur masyarakat pada acara munjungan atau ulang tahun Buyut Wanakerti, Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Indramayu. Ratusan penonton menyaksikan penampilan Sandiwara yang ditanggap siang-malam. Jumlah penonton Sandiwara pada siang hari cukup banyak. Kebanyakan ibu-ibu. Layaknya penonton dangdut, mereka pun memberi saweran kepada pemain atau sinden idola. Ada yang berupa uang tunai ada juga yang berupa tokok. Para kru Sandiwara sadar, di tengah persaingan yang sangat ketat, Grup Sandiwara harus mampu beradaptasi atau menyesuaikan penampilan dengan keinginan penonton. Sebab penonton itulah yang membiayai kehidupan Grup Sandiwara. “Saat ini masyarakat atau penonton sedang gandrung irama musik Dangdut Dermayonan, karenanya Grup Sandiwara pun harus bisa menyuguhkan musik Dangdut Dermayonan,” ungkap Udin, 48. Irama musik Dangdut Dermayonan biasanya tampil sebagai selingan, di sela-sela berlangsungnya alur cerita sandiwara. Irama musik Dangdut Dermayonan dinyanyikan sinden atau seri wanita dalang sandiwara. “Jika Sandiwara tidak bisa menyesuaikan keinginan penonton, maka Grup Sandiwara harus menerima kenyataan pahit ditinggalkan penonton. Pada akhirnya Grup Sandiwara akan mati atau bubar karena tidak ada yang mengundang untuk pentas,” kata Carmita, 56 warga Kecamatan Losarang. Karena itu Grup Sandiwara harus mampu memenuhi keinginan penonton. Walaupun suguhan irama musik Dangdut Dermayonan hanya selingan atau tidak mendominasi, namun hal itu dianggap sudah cukup menghibur para penonton. Memang tidak ada yang salah dari penampilan Sandiwara yang mengalami perubahan penampilan saat ini. Sebab Sandiwara itu merupakan salah satu kesenian yang dinamis. Meskipun jika ditonton dari kaca mata seni, penampilan Sandiwara zaman now itu sedikit berbeda dari pakem kesenian itu sendiri, namun demi mempertahankan ‘hidupnya’ Sandiwara juga harus bisa memainkan irama Dangdut Dermayonan. Jika penampilan Sandiwara banyak mengalami perubahan kata Carmita itu merupakan bagian dari dinamisasi berkesenian. Perubahan didasari atas kemauan penonton yang setia "menghidupi" sekitar 55 crew, terdiri dari dalang atau pemain, nayaga atau penabuh alat musik dan bagian peralatan. Semuanya berpulang kepada kemana arah angin itu berhembus. Sejak Tahun Baru Islam 1 Muharam itu masyarakat di berbagai desa di Kabupaten Indramayu sedang musim pesta hajatan, entah pernikahan, sunatan atau rasulan dengan menanggap kesenian. Salah satunya Sandiwara. “Harapan kami semoga kesenian Sandiwara ini tetap eksis bahkan berkembang di Kabupaten Indramayu maupun di luar daerah,” katanya. (taryani/mb)
Selebritis
Seni Sandiwara Tetap Eksis di Tengah Arus Globalisasi
Selasa 25 Sep 2018, 09:17 WIB