Nasional

Kampanye Pencegahan "Stunting", Upaya Pemerintah Tingkatkan SDM Masyarakat

Minggu 16 Sep 2018, 11:57 WIB

JAKARTA - Kampanye Nasional Pencegahan Stunting (masalah kurang gizi kronis) dalam rangka meningkatkan kesadaran warga tentang stunting bagi pertumbuhan otak dan fisik balita digelar Kantor Staf Kepresidenan bersama instansi terkait, di Silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu (16/9/2018) pagi.

Acara bertemakan "Cegah Stunting untuk Generasi Cerdas Indonesia" ini dihadiri sejumlah pejabat negara seperti Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

(BacaJokowi Ajak Presiden Bank Dunia Lihat Program Pemerintah Tangani ‘Stunting’)

Selain diisi dengan kampanye tentang pecegahan stunting, kegiatan yang diadakan mulai pukul 6.00 ini juga diisi dengan kegiatan senam bersama, jalan sehat, konsultasi gratis, hingga talk show bersama pakar.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan masalah stunting tak hanya terjadi pada anak dari keluarga kurang mampu. Hal serupa juga bisa terjadi pada keluarga yang dianggap mampu secara ekonomi.

(BacaKeadilan Pangan Belum Sentuh Semua Penduduk Indonesia)

Ia menjelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi , terutama pada 34 bulan atau 3 tahun pertama. Stunting mengakibatkan menghambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Tinggi badan balita stunting lebih rendah daripada standar umurnya. Ketika beranjak dewasa anak yang mengidap stunting rentan terhadap penyakit, kurang bisa berprestasi, dan rentan mengalami kegemukan. Sementara itu, ketika dewasa mereka lebih mudah terkena berbagai penyakit tidak menular, seperti jantung dan diabetes.

(BacaPresiden Ingin Siapkan SDM Indonesia menjadi Manusia Unggul)

Apabila kondisi ini dibiarkan, upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM menjadi tidak optimal. “Karena apapun yang kami beri, guru, laboratorium, kurikulum, atau pelatihan menjadi kurang optimal karena kemampuan otak anak-anak dalam menyerap ilmu pengetahuan terbatas,” tuturnya. (m5/ys)

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor