MEGAPOLITAN

Demo Buruh May Day di Monas Bawa Berkah Bagi Samiran

Selasa 01 Mei 2018, 23:15 WIB

JAKARTA - Aksi Buruh hari ini (1/5/2018) membawa berkah tersendiri bagi Samiran. Botol-botol bekas dari para massa aksi demo yang ditinggalkan begitu saja, ia kumpulkan ke dalam gerobak untuk dijual kepada pengepul. Samiran mengaku, awalnya ia tidak tahu kalau hari ini akan ada aksi buruh di Monas. Sehingga ia awalnya hanya membawa karung-karung kecil. Begitu mengetahui ada massa yang berkumpul, ia pun meminjam gerobak kepada pengepul untuk menampung berbagai botol dan kardus bekas aksi buruh tersebut. "Saya ga ada karung, jadi pakai ini. Kalau pakai karung kira-kira dapat 4 karung. Inj ada sekitar 20 kg," ujar Samiran pada Selasa (1/5/2018) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Ia mengaku dari hasil mengumpulkan botol bekas dan juga kardus di kawasan Monas saja, ia bisa meraup pendapatan sekitar Rp. 100.000. Menurutnya, harga botol bekas lebih mahal daripada kardus. Botol bekas bisa dihargai Rp. 4.500/kg sedangkan kardus hanya Rp. 1.400/kg. Lebih lanjut ia mengatakan, biasanya untuk mengumpulkan paling tidak 10 kg botol bekas, ia perlu berkeliling mulai dari Harmoni sampai Setia Budi. Namun lain halnya jika ada aksi demo besar-besaran. "Kalau demo jadi ga perlu keliling gitu," seru pria 61 tahun ini. Ia mengungkapkan kalau baru 7 tahun ia menekuni pekerjaan ini. Sebelumnya ia seorang buruh bangunan, namun karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pemulung. Lebih lanjut, kata Samiran, ia biasanya berangkat untuk mencari barang bekas selepas salat subuh. Tetapi pukul 16.00 WIB dia akan datang ke pengepul yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pria asal Gombong ini sudah merantau sejak tahun 1983. Kini ia hanya tinggal sendiri di Jakarta, tepatnya di kawasan Taman Sari. Ia mengaku keluarganya tinggal di kampung. "Tadinya semua (di Jakarta). Tapi sekarang sudah pada tinggal ke kampung," tambah Samiran. Bapak dari 3 anak ini mengatakan, istrinya hanya buruh biasa di kampung. Sedangkan dua anaknya sudah menikah, hanya anaknya yang bontot yang masih menempuh pendidikan di sekolah teknik menengah (STM) di kampung sana. Meskipun tidak seberapa, namun Samiran mengaku hasil dari botol-botol bekas yang ia kumpulkan cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarga. "Ya alhamdulillah sih ada aja. Kadang juga orang ada yang ngasih. Kayak tadi dikasih nasi sama roti," pungkasnya. (cw2/win)

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor