Nasional

Mahasiswa IPB Hasilkan Aplikasi Sensor Film Porno

Selasa 30 Jan 2018, 08:08 WIB

BOGOR - Ilham Satyabudi, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menciptakan aplikasi sensor porno. Keberhasilan Ilham ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Harapan dari riset Ilham, mahasiswa S-2 IPB ini dapat mengcounter gambar porno di dunia maya yang berpotensi merusak mental anak muda. Ilham mengatakan, aplikasi tersebut dibuat dari partisipasi mereka di perlombaan Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM). "Di perlombaan PKM itu, kami ditantang. Intinya bagaimana kami bisa menciptakan aplikasi untuk mengatasi permasalahan bangsa," kata Ilham Satyabudi. Ilham, mahasiswa IPB semester 8 saat menemukan aplikasi ini, kini sudah menjadi mahasiswa S-2 di kampus yang sama. Ia menjelaskan alasan terpikir menciptakan aplikasi ini. Baginya, banyaknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual pada anak menjadi latar belakang ide aplikasinya ini. "Landasan pemikiran kami adalah pelecehan dan kekerasan seksual. Akhirnya, kami membuat aplikasi ini. Setelah selesai dan sukses saat uji coba, lalu kami memberi nama aplikasi ini integrated porn autocensor. Masyarakat sekarang bisa mengunduh aplikasi tersebut di web kami ayosensor.insecara,"katanya. Ilham mengaku tidak sendiri dalam menciptakan aplikasi ini. Ia bersama dua temannya Yuandri Trisaputra dan Gusti Bima Marlawanto. Kepada Pos Kota, Ilham mengatakan, aplikasi yang mereka ciptakan, sistemnya bukan memblock websitenya. "Kalau ngeblock website kita bisa dipenjara karena sama saja ngehack,"tuturnya. Aplikasi yang mereka hasilkan, bisa dipasang di web browser (google chrome atau mozilla firefox). "Nah kalau sudah dipasang, user masih bisa buka situs porno, tapi gambar dan tulisan pornonya kita block. Aplikasi mereka ini gratis,"kata Ilham mendefinisi hasil ilmunya. Namun ia menegaskan, aplikasi yang mereka hasilkan, kini sudah tidak bisa digunakan. "Aplikasi ini butuh server untuk bisa online terus. Kami kendala keuangan, karena penyewaan server itu sangat mahal. Bisa jutaan rupiah perbulan. Sedangkan kami belum ada pihak yang mensponsori. Jadi terpaksa aplikasinya kami matikan karena kekurangan dana,"ujar Ilham. Sementara anggota tim lainnya Gusti Bima Marlawanto dan Yuandri Trisaputra menjelaskan, sensor yang bisa dilakukan oleh aplikasi tersebut hanya sebatas kata-kata dan gambar porno. Tim tersebut sudah menghimpun sebanyak 199 kata porno. "199 kata porno ini kami ambil dari bahasa gaul, bahasa jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris,"kata Yuandri. Selain itu, akurasi ketepatan sensor gambar baru 82 persen dan tulisan 79 persen. "Kami sekarang butuh sponsor,"ujarnya. (yopi/sir)

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor