Uncategorized

Sisi Gelap Indonesia Tampil di Ajang Oscar

Jumat 28 Feb 2014, 18:02 WIB

HOLLYWOOD - Film dokumenter The Act of Killing masuk nominasi dokumenter terbaik di Oscar, setelah sebelumnya menyabet dua nominasi penghargaan film dan televisi Inggris, BAFTA. Poster film dokumenter The Act of Killing. The Act of Killing berkisah tentang pembantaian kaum komunis di Indonesia pada 1965 itu . Di ajang Oscar 2014 ini bersaing ketat dengan Cutie and the Boxer, Dirty Wars, The Square, dan 20 Feet from Stardom. Film yang disutradarai oleh sineas kelahiran Texas (AS) yang bekerja di Denmark,  Joshua Oppenheimer - dengan menggunakan kru sebagiannya orang Indonesia ini - merupakan dokumenter mengerikan tentang salah satu pembantaian terburuk di dunia setelah Perang Dunia II. The Act of Killing -yang diproduksi tahun 2012- menampilkan gaya bercerita film di dalam film. Tokoh Anwar Congo - bertopi, duduk di tengah - memerankan diri sendiri dan mengaku sebagai preman Medan - merekonstruksi pembunuhan yang dia lakukan setelah 30 September 1965 dalam film dokumenter The Act of Killing. Film ini ini menyentuh periode paling gelap kekerasan yang dialami Indonesia pada tahun-tahun awal kemerdekaan. Peristiwa yang bahkan hingga kini masih disembunyikan dari perdebatan umum, demikian situs Deutsche Welle di Jerman menulis. Hampir tiga jam  Act of Killing menampilkan para jagal pembantaian paling berdarah Indonesia atas kelompok komunis terbesar dunia di luar China dan Uni Soviet pada masa itu, di mana seorang pelaku beraksi di depan kamera, Anwar Congo,  tanpa tanda-tanda penyesalan, atas apa yang 50 tahun lalu ia lakukan kepada para korban dengan mencekik mereka menggunakan tali kawat. Setidaknya 500.000 orang diperkirakan tewas dalam amuk kekerasan yang dimulai pada akhir 1965 setelah Jenderal Suharto dan militer mengambilalih kekuasaan menyusul kudeta kelompok komunis yang gagal. Sementara jutaan orang lainnya dipenjara. Rekaman rekonstruksi dilengkapi dengan wawancara para pemain maupun adegan mengikuti kehidupan sehari-hari mereka, antara lain ketika Anwar Congo memberi makan bebek bersama kedua cucunya. PEMUDA PANCASILA Saat merekonstruksi pembunuhan, Anwar Congo dibantu dengan beberapa temannya, antara lain Herman Koto, Ibrahim Sinik, maupun Adi Zulkadry. Beberapa pemimpin maupun anggota organisasi Pemuda Pancasila juga muncul dalam film ini, seperti Yapto Soerjosoemarno. Anwar Congo - seperti dilaporkan berbagai media di Indonesia- belakangan mengatakan dia merasa tertipu oleh Joshua. Namun Joshua membantah tuduhan itu dengan alasan semua pengambilan gambar diambil secara terbuka dengan sepengetahuan peserta film. The Act of Killing atau sering disingkat TAOK sebelumnya sudah meraih Klik penghargaan di beberapa festival film internasional. Di Hollywood sendiri, film ini menjadi bahan diskusi dan situs pemeringkat film bergengsi, MCN, meletakkan The Act of Killing di peringkat kelima film terbaik sepanjang 2013. Demikian situs BBC. Mengingat isu komunis masih sensitif,  kru indonesia yang terlibat dalam film ini tidak disebutkan identitasnya.  DW/bbc/d

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor