PASAR REBO (Pos Kota) - Dieksploitasi orang tuanya untuk menjadi pekerja malam, seorang remaja berusia 16 tahun meminta perlindungan ke Komnas Perlindungan Anak. Remaja ini mengharapkan pertolongan lantaran kerap mendapat penyiksaan dari sang ibu. E, 16, terpaksa melaporkan ibunya yang bernama J, 38, atas perlakuan kasar yang kerap diterimanya. Pelajar kelas XI salah satu SMA di Tanjung Pinang ini nekat menyebrangi Jakarta agar mendapatkan perlindungan atas kekejaman orang tuanya. Diceritakan gadis yang datang mengenakan sweter orange, kekejaman sang ibu sudah mulai dirasakan sejak dirinya duduk di kelas 4 SD. Saat itu, perceraian orang tuanya yang menjadikan Janiah berbuat kasar. "Saya pernah dipukul dengan menggunakan kursi, dipukul bagian muka ditendang hingga dijambak rambutnya sampai rontok dan nyaris botak," katanya di kantor Komnas PA, Kamis (16/1). Menurutnya, kemarahan sang ibu meledak-ledak bila anak kedua dari tiga bersaudara tersebut, tidak mau melakukan hal yang diperintah oleh sang ibu. Perlakuan itu pun sudah berlangsung lebih hampir 7 tahun lamanya dan terjadi hampir setiap hari. "Pokoknya kalau dia marah sedikit, saya langsung jadi korban," ujarnya. Hingga akhirnya, gadis berambut panjang inipun beranjak remaja. Sang ibu yang menilai anaknya memiliki suara merdu, memaksa E untuk bernyanyi di salah satu tempat hiburan di kawasan Tanjung Pinang. Hampir setiap malam ia dipaksa sang ibu untuk menampilkan kehebatan suaranya. Di situlah pelecehan seksual kerap diterimanya. Di mana E mengaku harus melayani tamu-tamu yang mendatangi tempat karoke. Perlakuan tidak senonoh seperti payudara yang dipegang-pegang oleh tamu, hingga mengajak berhubungan intim kerap dilakukan para tamu. Upaya untuk menolak apa yang diminta sang ibu, tak pernah berhasil. E mengaku kerap dipukul bila tak menuruti kemauan sang ibu yang menyuruhnya untuk terus bekerja di tempat hiburan malam tersebut. "Pokoknya kalau nggak mau ya saya pasti dipukuli, makanya saya nggak bisa berbuat apa-apa," ungkap E. Lebih parahnya lagi, uang yang didapat dari pekerjaan E ditempat hiburan malam, selalu diambil ibu dan kakaknya. Di mana uang itu digunakan untuk berfoya-foya dan belanja keduanya. "Kalau setiap nyanyii saya dibayar Rp2 juta, dan itu diambil semua sama mama," tuturnya. Upaya kabur dari rumah pernah dilakukan E untuk tinggal ke asrama. Namun sang ibu malah mengerahkan puluhan preman untuk menjemput paksa dirinya agar kembali ke rumah dan bekerja melayani tamu. "Karena permasalahan itulah kami mengantarkan E untuk mendapatkan perlindungan," Michele, ketua LSM Perduli Anak Bangsa, Rumah Perlindungan Sosial dan Anak Tanjung Pinang, yang mendampingi E. DIBERHENTIKAN DARI SEKOLAH Akibat pekerjaan yang dilakukannya, E pun dikeluarkan dari sekolah. Alasannya, pihak sekolah menolak lantaran tidak bisa menerima gadis lugu ini, karena jarang masuk sekolah. "Sekolah juga melarang sekolah karena saya seorang pekerja tempat hiburan malam," ujarnya. Bukan hanya pihak sekolah, teman-teman sekelasnya juga kerap mencemooh E, yang selalu mengatakan kalau dirinya sudah tidak perawan lagi. Dari situ, mereka menilai kalau E merupakan seorang pelacur yang menjual kehormatannya. "Saya jadi bingung, makanya saya melaporkan hal ini ke Komnas Perlindungan Anak," kata E. (ifand/yo)
Kriminal
Ibu Kandung Paksa Anak Jadi Pelacur
Kamis 16 Jan 2014, 18:16 WIB